ADAPTASI BAYI BARU LAHIR
(sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan, sistem termoregulasi)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Ibu dan Anak
Dosen Pengampu : Indayana S., S.S.T, M.Kes
Disusun oleh :
ASTI APRIANI (140001)
DESI NURIANTI (140002)
AKADEMI KEBIDANAN DUTA DHARMA PATI
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi, Balita & Anak “Adaptasi Bayi
Baru Lahir Pada Sistem Krdiovaskuler, Pernafasan dan Termoregulasi” tepat pada
waktunya.
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Etikolegal dalam Praktek Kebidanan.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Ibu Sumami, SKM, M.Kes selaku Direktur
Akbid Duta Dharma.
2.
Indayana S., S.S.T M.Kes selaku dosen
pembimbing.
3.
Orang tua kami yang telah membantu
secara moril maupun materi.
Beserta
teman-teman yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Semoga makalah ini
bermanfaat dalam pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu bagi pembacanya.
Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen pembimbing guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang
akan datang.
Pati, 10 September 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai seorang bidan
harus mampu memahami tentang beberapa adaptasi atau perubahan fisiologi bayi
baru lahir (BBL).
Hal ini sebagai dasar dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat.
Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung
(plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus
mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan
nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup,
mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi.
Periode adaptasi ini
disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam rahim ke
kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau
lebih. Transisi yang paling cepat terjadi adalah pada sistem pernapasan,
sirkulasi darah, termoregulasi, dan kemampuan dalam mengambil dan menggunakan
glukosa.
Pada saat lahir, bayi baru lahir akan mengalami masa
yang paling dinamis dari seluruh siklus kehidupan. Bayi mengalami suatu proses
perubahan dikenal sebagai periode transisi yaitu periode yang dimulai ketika
bayi keluar dari tubuh ibu harus beradaptasi dari keadaan yang sangat
bergantung menjadi mandiri secara fisiologis, selama beberapa minggu
untuk sistem organ tertentu.
Jadi adaptasi merupakan suatu penyesuaian bayi baru
lahir dari dalam uterus keluar uterus, prosesnya disebut periode transisi
atau masa transisi. Secara keseluruhan, adaptasi diluar uterus harus
merupakan sebagai proses berkesinambungan yang terjadi selama keseluruhan. Maka pada
setiap kelahiran, bidan harus memikirkan tentang faktor-faktor kehamilan
atau persalinan yang dapat menyebabkan gangguan pada jam-jam pertama kehidupan
diluar rahim seperti partus lama, trauma lahir, infeksi, keluar
mekunium, penggunaan obat-obatan.
Bidan mempunyai tanggung jawab terhadap ibu dan bayi
baru lahir, tidak hanya melewati fase kehidupan dalam uterus menuju kehidupan
luar uterus seaman mungkin, tetapi juga adaptasi fisik terhadap
kehidupan luar uterus. Oleh karena itu bidan harus mengetahui bagaimana
proses adaptasi bayi baru lahir, memfasilitasi proses adaptasi tersebut
sehingga dapat melakukan tindakan-tindakan yang tepat untuk melahirkan bayi
baru lahir yang sehat.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana adaptasi bayi baru lahir pada
sistem kardiovaskuler ?
2.
Bagaimana adaptasi bayi baru lahir pada
sistem pernafasan ?
3.
Bagaimana adaptasi bayi baru lahir pada
system termoregulasi ?
C. Tujuan Makalah
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang adaptasi bayi baru lahir pada sistem
kardiovaskuler.
2. Agar mahasiswa mengetahui tentang adaptasi bayi baru lahir pada sistem pernafasan.
3. Agar mahasiswa mengetahui tentang adaptasi
bayi baru lahir pada sistem termoregulasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem
Kardiovaskular
Setelah
lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
bersirkulasi ke seluruh tubuh guna menghantarkan oksigen ke jaringan. Agar
terbentuk sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, terjadi dua
perubahan besar, yaitu :
- Penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta
- Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta
Perubahan
sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh
darah tubuh. Jadi, perubahan tekanan tersebut langsung berpengaruh paada aliran
darah. Oksigen menyebabkan system pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah aliran darah.
Dua
peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah :
- Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Aliran darah menuju atrium kanan berkurang sehingga menyebabkan penurunan volume dan tekanan pada atrium tersebut. Kedua kejadian ini membantu darah yang miskin oksigen mengalir ke paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
- Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan pertama ini menimbulkan relaksasi sistem pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru mengakibatkan peningkatan pembuluh darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.
Dengan
pernapasan, kadar oksigen dalam darah meningkat. Akibatnya duktus arteriosus
mengalami konstriksi dan menutup dalam waktu 8-10 jam setelah bayi lahir. Vena
umbilikus, duktus venosus, dan arteri hipogastrika pada tali pusat menutup
secara fungsional dalam beberapa menit setelah bayi lahir dan setelah tali
pusat di klem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan.
Total
volume darah yang bersirkulasi pada saat bayi lahir adlah 80 ml/kg berat badan.
Akan tetapi, jumlah ini dapat meningkat jika tali pusat tidak dipotong pada
waktu lahir. Kadar hemoglobin tinggi (15-20 gr/dl), 70% adalah Hb janin.
Perubahan Hb janin menjadi Hb dewasa yang terjadi di rahim selesai dalam 1-2
tahun kehidupan.
B. Sistem
Pernafasan
1.
Perkembangan
paru-paru
Paru-paru
berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx, yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus
berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah
bronkiolus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin
memperlihatkan adanya bukti gerakan napas sepanjang trimester kedua dan ketiga
(Varney’s, halaman 551). Ketidakmatangan paru-paru terutama akan mengurangi
peluang kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia kehamilan 24 minggu,
yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan system
kapiler paru-paru dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan.
2.
Awal
adanya nafas
Dua
factor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi.
1. Hipoksia pada akhir
persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat
pernapasan di otak.
2. Tekanan terhadap
rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan, yang
merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis.
Interaksi
antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan. Jadi system-sistem harus berfungsi secara normal.
3.
Surfaktan
dan upaya respirasi untuk bernafas
Upaya
pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1. Mengeluarkan cairan
dalam paru-paru
2. Mengembangkan
jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali
Agar
alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah ke
paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya
akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-34 minggu kehamilan.
Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan
dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan
Tanpa
surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernapasan,
yang menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan
penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Peningkatan kebutuhan energi ini
memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan
ini menyebabkan stress pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
4.
Dari
cairan menuju udara
Bayi
cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui
jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari
paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui seksio sesaria kehilangan
keuntungan dari kompresi rongga dada ini dan dapat menderita paru-paru basah
dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas pertama,
udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan
di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan
darah. Semua alveolus paru-paru akan berkembang terisi udara sesuai dengan
perjalanan waktu.
5.
Funsi
system pernapasan dalam kaitanya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi
yang memadai merupakan factor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah
paru-paru akan mengalami vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh ini berarti
tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam
alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan, yang akan memperburuk
hipoksia.
Peningkatan
aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan
menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan
mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan
cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi
luar rahim.
C. Sistem
Termoregulasi
Bayi
baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami
stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan
lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam
lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan
air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi.
Pada
lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan
usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak
coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh
sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak
coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat
ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama
usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika
seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan
prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada
bayi baru lahir.
Disebut
sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360 C. Suhu
normal pada neonatus adalah 36 5 – 370 C.
Bayi
baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang disebabkan oleh:
1. Pusat pengaturan suhu
tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
2. Permukaan tubuh bayi
relative lebih luas
3. Tubuh bayi terlalu
kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
4. Bayi belum mampu
mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.
Hipotermia
dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa
stabilisasi yaitu 6 – 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir
dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun
lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau
segera dimandikan.
Gejala
hipotermia:
1. Sejalan dengan
menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak
kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
2. Pernapasan
megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
3. Timbul sklerema :
kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan
lengan.
4. Muka bayi berwarna
merah terang
5. Hipotermia
menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan
kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan
kematian.
Mekanisme
terjadinya Hipotermia:
Hipotermia
pada bayi baru lahir timbul karena penurunan suhu tubuh yang dapat terjadi
melalui:
1. Radiasi :
Yaitu panas tubuh bayi memancar kelingkungan sekitar bayi yang lebih dingin,
misal : BBL diletakkan ditempat yang dingin.
2. Evaporasi :
Yaitu cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap, misal : BBL tidak
langsung dikeringkan dari air ketuban.
3. Konduksi :
Yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan
permukaan yang lebih dingin, misal : popok/celana basah tidak langsung diganti.
4. Konveksi :
Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi, misal :
BBL diletakkan dekat pintu/jendela terbuka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada saat lahir, bayi
baru lahir akan mengalami masa yang paling dinamis dari seluruh siklus
kehidupan. Bayi mengalami suatu proses perubahan dikenal sebagai periode
transisi yaitu periode yang dimulai ketika bayi keluar dari tubuh ibu harus
beradaptasi dari keadaan yang sangat bergantung menjadi mandiri secara
fisiologis, selama beberapa minggu untuk sistem organ tertentu.
Jadi adaptasi
merupakan suatu penyesuaian bayi baru lahir dari dalam uterus keluar uterus,
prosesnya disebut periode transisi atau masa transisi. Secara
keseluruhan, adaptasi diluar uterus harus merupakan sebagai proses
berkesinambungan yang terjadi selama keseluruhan. Maka pada setiap
kelahiran, bidan harus memikirkan tentang faktor-faktor kehamilan atau
persalinan yang dapat menyebabkan gangguan pada jam-jam pertama kehidupan
diluar rahim seperti partus lama, trauma lahir, infeksi, keluar
mekunium, penggunaan obat-obatan.
B. Saran
Jika ada kesalahan dan
kekeliruan pada makalah ini maka kami meminta kritik maupun saran yang
membangun dari pembaca agar bisa lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu
Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta; Salemba Medika
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu
Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta; Trans Info Media Rukiyah, Ai
Yeyeh & Lia Yulianti. Asuhan neonatus, bayi dan anak balita. 2010.
Jakarta; Trans Info Media
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan
Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta; Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar