MAKALAH ASUHAN NEONATUS BAYI DAN BALITA
KEBUTUHAN
IMUNISASI
Dosen pengampu: Indayana Setiawati S.S.T., M. Kes.
DisusunOleh:
SRI
MUNARSIH
NIM. 140007
Angkatan: X (Sepuluh)
AKADEMI KEBIDANAN DUTA DHARMA PATI
TAHUN AJARAN 2014/201
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmaat-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Kebutuhan Imunisasi” tepat pada waktunya. Pembuatan
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.
Dalam kesempatan ini,penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ibu Sumami,SKM, M.Kes selaku Direktur Akbid Duta Dharma.
2.
Ibu Indayana Setiawati,
S.S.T., M.Kes selaku
dosen pembimbing.
3.
Orang tua kami yang telah membantu secara moril maupun
materi.
Dan pihak-pihak yang tak dapat
disebutkan satu persatu. Penyusun menyadari makalah ini jauh dari
kata sempurna, tetapi penyusun mengerjakan, menyelesaikan makalah ini dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhan, Ada pepatah mengatakan
“Tak ada gading yang tak retak”. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat dijadikan masukan bagi penulis guna menjadi acuhan bekal pengalaman
penulis di masa yang akan datang.
Pati, 09 September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ........ i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ....... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ...... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang..................................................................... ....... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ ....... 2
C. Tujuan................................................................................... ....... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Pengertian Imunisasi.................................................................... 3
B. Tujuan Imunisasi.......................................................................... 3
C. Macam-macam Imunisasi ( Kekebalan )...................................... 4
D. Jenis-jenis Imunisasi..................................................................... 5
1.
BCG ( Bacille
Calmette Guerin).......................................... 5
2.
Vaksin DPT (Difteri
Pertusis Tetanus)................................. 6
3.
Vaksin polio........................................................................ 10
4.
Vaksin Campak.................................................................. 11
5.
Tetanus............................................................................... 14
6.
Vaksin Hepatitis................................................................. 15
E. Program BIAS di Indonesia tahun
1998-2001.......................... 16
F.
Jadwal Pemberian Imunisasi...................................................... 17
G. Mekanisme Imunisasi dalam Pencegahan
Penyakit................... 18
BAB III PENUTUP........................................................................................ 20
A. Kesimpulan........................................................................... ..... 20
B. Saran..................................................................................... ..... 20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... ..... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Imunisasi
adalah suatu usaha memberikan kekebalan
pada bayi dan anak terhadap
penyakit tertentu, sedangkan vaksin adalah kuman atau racun
kuman yang dimasukkan kedalam tubuh/anak yang
disebut antigen. Dalam tubuh antigen akan bereaksi dengan anti body sehingga akan terjadi
kekebalan. Juga vaksin yang dapat
berlangsung menjadi racun terhadap kuman yang disebut anti toksin.
Upaya
imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat kekebalan masyarakat
yang tinggi sehingga PD3I (penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi) dapat
dibasmi, dieliminasi atau dikendalikan berdasarkan pada Kep. Menkes No.
1611/Menkes/SK/XI/ 2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi
(Dinkes.Prov.Jatim, 2006). Dewasa ini, desa yang mencapai cakupan
imunisasi dasar lengkap di atas 80% untuk anak di bawah 1 tahun baru sekitar
73% (Van, 2005). Rendahnya cakupan tersebut mungkin disebabkan kurangnya
sosialisasi kegiatan imunisasi yang dilakukan kader di posyandu, termasuk
dampak yang mungkin terjadi dan cara penanggulangannya (Ginting, 2005). Meja
penyuluhan banyak yang tidak berjalan karena kurangnya pengetahuan dan
kepercayaan diri kader dalam melakukan penyuluhan Sehingga masih ada ibu-ibu
yang enggan membawa anaknya ke posyandu, selama ini tidak ada penjelasan
tentang kemungkinan yang terjadi akibat imunisasi itu dan apa yang harus
dilakukan jika kemungkinan itu terjadi (Ginting, 2005).
Dalam
upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan terutama Bayi dan anak, maka di perlukan upaya kesehatan seperti
peningkatan terhadap upaya pencegahan suatu penyakit dan peningkatan
terhadap pelayanan pengobatan. Untuk memenuhi tujuan tersebut pemerintah
harus memberikan pelayanan yang terbaik. Untuk mewujudkan peningkatan
derajat kesehatan Bayi dan anak ini perlu adanya sumber daya manusia yaitu
tenaga kesehatan misalnya dokter, bidan, perawat dan dsb yang profesional. Sarana
dan prasarana yang memadai dan alat-alat yang tersedia sesuai dengan kebutuhan
masyarakat untuk pelayanan kesehatannya. Apabila dari komponen di atas kurang
maka pelayanan kesehatan yang di berikan akan kurang berkualitas.
B.
Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas dapat
di rumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana konsep dasar dariimunisasi
2.
Apa Pengertian dari imunisasi
3.
Apakah tujuan dari imunisasi
4.
Apa saja macam-macam dari imunisasi
5.
Apa saja jenis-jenis imunisasi.
6.
Bagaimana mekanisme imunisasi
C.
Tujuan.
Berdasarkan Rumusan masalah di atas
dapat di tentukan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep
dasar dari imunisasi
2. Untuk mengetahui apa pengertian
imunisasi
3. Untuk mengetahui tujuan dari
imunisasi
4. Untuk mengetahui macam-macam dari
imunisasi
5. Untuk mengetahui jenis-jenis
imunisasi.
6. Untuk mengetahui Bagaimana mekanisme
kerja dari imunisasi
7.
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Kebutuhan Imunisasi
A.
Pengertian Imunisasi
Imunisasi
adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuh kebal terhadap infeksi
mikroorganisme (bakteri dan virus). Yang dapat menyebabkan infeksi sebelum
mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan untuk menyerang tubuh kita. Dengan
imunisasi tubuh kita akan terlindungi dari infeksi begitu pula orang lain.
Imunisasi juga merupakan cara atau transfer
antibody secara pasif. Imunisasi berfungsi untuk meningkatkan kekebalan
seseoarang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpejan
dari antigen yang serupa tidak terjadi sakit.
B.
Tujuan Imunisasi
Tujuan dari imunisasi adalah
1. Mencegah
terjadinya penyakit tertentu pada seseorang
2. Menghilangkan
suatu penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia
3. Untuk menguranggi angka penderitaan
suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan
kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat di hindari dengan imunisasi
yaitu:
a. Hepatitis.
b. Campak.
c. Polio.
d. Difteri.
e. Tetanus.
f. Batuk Rejan.
g. Gondongan
h. Cacar air
i. TBC
C.
Macam-macam Imunisasi ( Kekebalan )
Ada dua jenis kekebalan yang bekerja
dalam tubuh bayi/anak:
1. Kekebalan Aktif
Kekebalan
aktif adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak terhadap
suatu penyakit tertentu, dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama.
contohnya: Imunisasi polio atau
campak.
Kekebalan aktif dapat dibagi dalam 2
jenis:
a.
Kekebalan aktif alamiah, dimana tubuh anak membuat kekebalan
sendiri setelah mengalami/sembuh dari suatu penyakit, misalnya anak yang telah
menderita campak setelah sembuh tidak akan terserang campak lagi karena
tubuhnya telah membuat zat penolak
terhadap penyakit tersebut.
b.
Kekebalan aktif buatan, yaitu kekebalan yang dibuat tubuh
setelah mendapat vaksin ( imunisasi) misalnya anak diberi vaksinasi BCG, DPT,
Polio dan lainnya.
2.
Kekebalan Pasif
Kekebalan
pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat anti body sendiri tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar
setelah memperoleh zat penolak, sehingga proses cepat tetapi tidak bertahan lama.
Contoh:
a.
Penyuntikan ATC (Anti tetanus Serum). Pada orang yang
mengalami luka kecelakaan.
b.
Terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut
menerima berbagi jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama
masakan dungan. Misalnya antibody terhadap campak.
Kekebalan pasif dapat terjadi dengan 2 cara:
a.
Kekebalan pasif alami atau kekebalan pasif bawaan yaitu kekebalan
yang diperoleh bayi sejak lahir dan ibunya. Kekebalan ini tidak berlangsung
lama (kira-kira sekitar 5 bulan) misalnya difteri, morbili dan tetanus.
b.
Kekebalan pasif buatan, dimana kekebalan ini diperoleh
setelah mendapat suntikan zat penolak. Misalnya suntikan ATS
D.
Jenis-jenis Imunisasi
1.
BCG ( Bacille Calmette Guerin)
Vaksin BCG adalan vaksin untuk mencegah penyakit tuberculosis
atau TBC dari bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang sering disebut juga bakteri asam (BTA). Bakteri ini dapat
menyerang berbagai alat atau organ tubuh yang penting sepertiparu, tulang,
selaput otak, usus, kelenjar getah bening, dan lain sebagainya.
Hal-hal yang harus diperhatikan
untuk vaksin BCG
a.
Pelarut yang akan digunakan harus pada suhu 0-8 derajat
celcius
b.
Suntikan didalam kulit (intra kutan)
c.
Satu jarum dan, semprit untuk setiap suntikan.
d.
Sisa vaksin BCG yang sudah dilarutkan dan tidak digunakan
harus dibuang.
Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan kepada
bayi yang berusia 0-2 bulan yang bertujuan untuk mencegah penyakit tuberculosis
atau TBC. Imunisasi BCG hanya diberikan 1 kali dengan dosis 0,05 cc secara
injeksi intra cutan dan lokasi penyuntikannya adalah didaerah lengan kanan
tepatnya pada insersio muskulusdeltoideus. Prinsip dalam melakukan imunisasi
BCG adalah dapat menyiapan larutan vaksin BCG dan melakukan teknik pemberian
imunisasi BCG secara tepat dan benar.
Persyaratan pemberian vaksin pada
bayi dan anak sehat
a.
Pertahankan jarum sejajar dengan lengan anak dan lobang
tetap menghadap keatas sehingga hanya bagian atas jarum saja yang masuk kedalam
kulit.
b.
Jangan menekan jarum terlalu lama dan jangan meregangkan
ujung jarum menukik
c.
Letakkan ibu jari tangan kiri anda diatas ujung barel
d.
Pegang pangkal barel antara jari tengah dan doronglah
pinston dengan ibu jari kanan anda
e.
Setelah vaksin habis jarumnya dicabut
f.
Bila vaksinasi BCG tepat maka akan timbul benjolan yang
kulit mendatar dengan kulit kelihatan pucat dan pori-pori jelas.
Kontra indikasi :
Adanya penyakit kulit yang berat
/ menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya. Mereka yang sedang
menderita TBC.
Efek samping :
Imunisasi BCG tidak menyebabkan
reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi
dan kemerahan di tempat suntikkan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah
menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan
meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di
ketiak dan / atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan
demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang
dengan sendirinya.
2.
Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)
Diftri adalah suatu penyakit akut yang bersifat toxin mediated disease dan disebabkan
oleh kuman Corynebacterium diphteriae.
Bila terinfeksi kuman akan memproduksi toksin yang akan menghambat sintesis
protein seluler yang dapat menyumbat jalan nafas. Pertusis atau batuk
rejan/batuk seratus hari, adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
bakteri bordetela pertusis. Pertusis
penyakit akut yang bersifat toxin-mediated,
dapat menyebabkangangguan aliran secret saluran nafas, dan berpotensi
menyebabkan pneumonia. Tetanus adalah
suatu penyakit akut, bersifat fatal, disebabkan oleh eksotoksin produksi Clostridium tetani. Kuman ini banyak
tersebar didalam kotoran dan debu jalanan, usus, tinja kuda, anjing, kucing dan
tikus. Kuman ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka dan dalam suasana
anaerob. Selain pada anak-anak tetanus juga dijumpai pada neonates yang
bersifat fatal. Perawatan luka merupakan pencegahan utama terjadinya tetanus
selain imunisasi terhadap tetanus baikaktif maupun pasif.
Tujuan
pemberian vaksin ini adalah untuk memberi kekebalan aktif yang bersamaan
terhadap penyakit Difteni, pertusis dan tetanus. Vaksin pertusis terbuat dan
kuman Bordetella pertusis yang telah dimatikan, dikemaskan dengan vaksin
difteria dan tetanus.
Vaksin tetanus dikenal 2 macam
vaksin yaitu:
a.
Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toxoid tetanus, kuman tetanus yang telah
dilemahkan ada 3 macam:
1)
Kemasan tunggal (TT)
2)
Kemasan dengan vaksin difteri (DT)
3)
Kemasan dengan vaksin dipteri dan tetanus pertusis (DPT)
b.
Kuman yang telah dimatikan yang digunakan untuk imunisasi
pasif yaitu ATS
Jadwal pemberian:
a.
Pada bayi umur antara 2-11 bulan sebanyak 3 kali suntikan
dengan selang 4 minggu secara IM atau sub kutan.
b.
Imunisasi ulang lainnya diberikan setelah umur 1,5-2 tahun
c.
Diulang kembali dengan vaksin DT pada usia 5-6 tahun
d.
Diulang lagi pada umur 10 tahun
Anak yang
telah mendapat DPT pada waktu bayi diberikan DT satu kali saja dengan 0,5 cc
dengan cara intra muskuler, dan yang tidak mendapat DPT pada waktu bayi diberi,
DT sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu dosis 0,5 cc secara intra muskuler.
Apabila hal ini meragukan tentang vaksinasi yang didapat pada waktu bayi maka
akan tetap diberikan 2 kali suntikan. Bila bayi mempunyai riwayat kejang
sebaiknya DPT diganti dengan DT dengan cara pemberian yang sama dengan DPT.
Reaksi
yang mungkin terjadi setelah pemberian imunisasi adalah demam ringan,
pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan selama 1-2 hari,
Kadang-kadang reaksi lebih berat seperti demam tinggi dan kejang. Hal ini
biasanya disebabkan oleh unsur pertusisnya.
Kekebalan yang diperoleh dari
vaksinasi DPT adalah:
a.
Vaksin difteri 80-95 %
b.
Vaksin pertusis 50-60 %
c.
Vaksin tetanus 90-95 %
Kontra Indikasi:
a.
Anak sedang sakit
b.
Riwayat kejang bila demam
c.
Panas tinggi
d.
Penyakit gangguan kekebalan
Untuk pemberian vaksin DPT yang dipersiapkan
adalah:
a.
Menyiapkan vaksin DPT
1)
Sebelum membuka vaksin lihatlah terlebih dahulu labelnya
2)
Kocok terlebih dahulu flakonya sehingga endapan tercampur
b.
Cara mengisi semprit DPT
1)
Buka tutup metal dengan menggunakan gergaji ampul
2)
Usaplah karet penutup flakon dengan kapas basah
3)
Ambil spuit 2 cc
4)
Pasangalah jarum DPT ke semprit
5)
lsaplah udara kedalam spuit sebanyak 0,6 cc
6)
Tusukkan jarum kedalam flakon melalui tutup karet
7)
Masukkan udara kedalam flakon dan isaplah vaksin sebanyak
0,6 cc kedalam semprit.
8)
Cabut jarum kedalam flakon, semprit ditagak luruskan keatas
untuk melihat gelembung udara, apabila ada gelembung ketuklah pelan -pelan
supaya gelembung naik keatas, lalu dorong pinston sampai ukuran 0,5 cc.
9)
Gunakan satu semprit steril dan satu jarum untuk setiap satu
suntikan
c.
Mengatur posisi bayi
1)
Bayi dipangku oleh ibunya
2)
Tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga kepala, bahu dan
memegang sisi luar tangan kiri bayi
3)
Tangan kanan bayi melingkar ke badan ibu
4)
Tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat.
d.
Cara penyuntikan
1)
Tempat yang paling baik untuk suntikan adalah bagian paha
sebelah luar
2)
Letakkan ibu jari dan telunjuk pada posisi yang akan
disuntik
3)
Peganglah otot paha diantara jari-jari telunjuk dan ibu hari
4)
Bersihkan lokasi suntikan dengan kapas basah
5)
Tusukkan jarum tegak lurus kebawah melalui kulit antara jari
anda sampah kedalam otot
6)
Tarik pinston sedikit
untuk meyakinkan bahwa jarum tidak mengenai pembuluh darah
7)
Dorong pangkal pinston dengan ibu jari untuk memasukkan
vaksin
8)
Cabut jarumnya
e.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1)
Pemberian tiga kali dengan dosis 0,5 cc dengan interval 4
minggu secara IM
2)
Vaksin yang digunakan jangan sampai beku
3)
Sisa vaksin yang
sudah dibuka harus dibuang.
Kontra indikasi
Bila anak sakit parah, kejang demam (>
38°C), penyakit gangguan kekebalan atau defisiensi immunologic.
Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit,
kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan, demam ringan/sedang
disertai rasa ngantuk, rewel, menangis, tidak nafsu makan. Reaksi yang terjadi
bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
3.
Vaksin polio
Vaksin virus polioberisi suku sabin yang telah
dilemahkan. Penyakit yang ditimbulkan adalah minginitis aseptis nonparalitik
dan paralisis flaksid atau lumpuh layu. Virus polio menyebar pada beberapa
kasus melalui oral. Pasien polio sangat infeksius dari hari ke tujuh sampai
kesepuluh sebelum dan setelah timbulnya gejala. Dalam 3-6 mimggu virus masih
dapat ditemukan di dalam tinja.
Tujuan
pemberian vaksin polio adalah untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
poliomeilitis.
Vaksin
polio terdapat dalam 2 kemasan:
a.
Vaksin yang mengandung virus polio yang sudah dimatikan
(vaksin Salk) yang cara pemberiannya dengan suntikan
b.
Vaksin yang mengandung virus polio yang masih hidup yang
telah dilemahkan ( virus cabin ) cara pemberiannya melalui oral/ mulut dalam
bentuk cairan dan pill.
Jadwal pemberian vaksinasi polio:
a.
Pada bayi umur 2-11 bulan diberi sebanyak 3 kali pemberian
dengan dosis 2 tetes dengan interval 4 minggu
b.
Pemberian ulangan pada umur 1,5-2 tahun
c.
Menjelang umur 5 tahun
d.
Pada umur 10 tahun
Kekebalan yang diperoleh dan
vaksinasi polio 45-100%
Hal-hal yang harus dilakukan pada
pemberian imunisasi polio:
a.
Menyiapkan vaksin polio
1)
Bukalah tutup metal dan tutup karet
2)
Pasanglah plastik pada flakon
3)
Vaksin polio siap diberikan
b.
Mengatur posisi bayi dan cara pemberian vaksin
1)
Ibu disuruh menelentangkan bayinya di atas pangkuannya dan
memeganginya dengan erat.
2)
Mulut anak dibuka dengan menggunakan 2 jari sambil menekan
kedua pipi sehingga mulut terbuka
3)
Teteskan vaksin polio langsung dan pipet ke dalam mulut anak
sebanyak 2 tetes
c.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1)
Dosis 2 tetes sebanyak 3 kali pemberian dengan selang 4
minggu
2)
Buangah sisa vaksin yang telah dipakai di lapangan.
Kontra indikasi:
a.
Diare berat
b.
Anak sakit parah
c.
Anak menderita defisiensi kekebalan.
Efek samping
Pada umumnya tidak terdapat efek
samping. Efek samping berupa paralysis yang disebabkan oleh vaksin sangat
jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000; Bull WHO 66 : 1988).
4.
Vaksin
Campak
Penyebab penyakit campak adalah virus yang masuk dalam
genus virus morbili. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang bersifat akut
dan menular lewat udara melalui system pernapasan, terutama percikan ludan
seseorang penderita. Masa inkubasi 10-12 hari. Kadang-kadang 2-4 hari. Gejala
berupa demam, lemah,gejala kemerahan pada mata dan radang pada tenggorokan
saluran napas. WHO menganjurkan pemberian imunisasi campak pada bayi berusia 9
bulan. Kekebalan akan bertahan selama 8-10 tahun dan akan menurun setelah itu.
Pada Negara maju diberikan pada usia 12-13 bulan.
Tujuan pemberian vaksin campak adalah untuk
mendapatkan kekebalan terhadap penyakit campak. Vaksin campak mengandung virus
campak hidup yang sudah dilemahkan. Vaksin campak yang digunakan di Indonesia
dapat diperoleh dalam kemasan kering tunggal dikombinasikan dengan vaksin gondongan mumps dan
Rubella (campak Jerman). Di Amerika dikenal dengan nama MMR (Meastes,Mumps,
Rubella).
Jadwal
pemberian vaksin campak adalah pada umur 9-11
bulan dengan satu kali pemberi dengan dosis 0,5 cc dengan suntikan sub cutan. Apabila pemberian vaksin campak
kurang dari 9 bulan harus diulangi pada umur 15 bulan.
Kekebalan
yang diperoleh pada pemberian vaksinasi campak sekitar 96-99 %. Sedangkan
reaksi yang timbul tidak ada, mungkin hanya demam ringan dan nampak sedikit
merah pada pipi, di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan, mungkin
Juga pembengkakan pada tempat penyuntikan. Efek samping sangat jarang mungkin
terjadi kejang yang ringan dan tidak berbahaya hari 10-12 setelah penyuntikan.
Dapat terjadi radang otak (Ensefalitis/Ensepalopati) 30 hari setelah
penyuntikan tetapi kejadian ini jarang terjadi (1:1.000.000 orang), Kontra
indikasi pada pemberian vaksinasi campak adalah anak yang sakit parah ,
menderita TBC tanpa pengobatan, defisiensi gizi dalam derajat berat defisiensi
kekebalan demam yang lebih 38 derajat celcius. Anak yang mempunyai riwayat
kejang diberikan dengan pengawasan dokter.
Hal-hal yang harus dilakukan pada pemberian vaksinasi campak
adalah:
a.
Cara Melarutkan vaksin campak
1)
Cek Label flakon vaksin berapa cc yang dibutuhkan
2)
Ambillah sempnit 5 cc dengan
jarum oplos yang steril
3)
Semprit dan jarumnya hanya digunakan untuk oplos vaksin
bukan untuk menyuntik
4)
Buka amput/plakon pelarut yang diperlukan
5)
Sedot pelarut ke dalam sempnit
6)
Bersihkan tutup flakon dengan kapas basah dan masukkan
pelarut dalam vaksin campak
7)
Kocoklah sampai vaksin benar-benar telah bercampur.
b.
Mengatur posisi bayi
1)
Dudukkan bayi di pangkuan ibunya
2)
Lengan kanan bayi dilipat di ketiak ibunya
3)
Ibu menopang kepala bayi
4)
Tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi
c.
Mengisi Semprit
1)
Ambil Semprit 1 cc yang telah sedia dengan jarumnya ukuran
no 23, gunakan jarum yang sama untuk mengisi semprit dan menyuntik anak.
2)
Bersihkan tutup karet flkon yang akan digunakan dengan kapas
basah.
3)
Isap 0,6 cc vaksin ke dalam sempnit
4)
Semprit ditegak luruskan ke atas untuk melihat gelembung
udara apabila ada.
5)
Gelembung udara diketok-ketok pelan sehingga gelembung naik
ke atas, lalu dorong pinston agar udara keluar. Vaksin segera disuntikkan
kepada anak
d.
Cara penyuntikkan vaksin campak.
1)
Tempat yang akan disuntikkan adalah 1/3 lengan bagian atas.
2)
Ambil sedikit kapas yang telah dibasahi dengan air bersih
dan bersihkan tempat penyuntikan.
3)
Jepitlah lengan yang akan di suntik dengan jari-jari tangan
kiri.
4)
Masukkan jarum ke dalam kulit yang dijepit dengan sudut
kira-kira 30 derajat terhadap lengan, jangan memasukkan jarum terlalu dalam dan
kontrol jarum nya dengan cara menarik pinstonnya untuk meyakinkan jarum tidak
mengenai pembuluh darah. Bila ada darah maka jarum nya dicabut dan dipindahkan
ke tempat lain.
5)
Tekan pinstonnya perlahan-lahan sebanyak 0,5 cc.
6)
Cabut jarum dan usaplah bekas suntikan dengan kapas basah
untuk membersihkan kulit.
5.
Tetanus
a.
Upaya Departemen Kesehatan dan Kaos melaksanakan Program
Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) melalui imunisasi DPT, DT atau TT
dilaksanakan berdasarkan perkiraan lama waktu perlindungan sebagai berikut:
1)
Imunisasi DPT 3 x akan memberikan imunitas 1-3 tahun. Dengan
3 dosis toksoid tetanus pada bayi dihitung setara dengan 2 dosis toksoid pada anak
yang lebih besar atau dewasa.
2)
Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang
imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun. Dengan dosis toksoid
tetanus pada bayi dan anak dihitung setara dengan 3 dosis pada dewasa.
3)
Toksoid tetanus kelima (DPT 5) diberikan pada usia masuk
sekolah, akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi sampai umur 17-18 tahun.
Dengan 5 dosis toksoid tetanus pada anak dihitung setara dengan 4 dosis toksoid
dewasa.
4)
Toksoid tetanus tambahan yang diberikan pada tahun
berikutnya di sekolah (DT 6 atau dT) akan memperpanjang imunitas 2 tahun lagi.
Dengan 6 dosis toksoid tetanus pada anak dihitung setara dengan 4 dosis toksoid
pada dewasa.
5)
Jadi PPI merekomendasikan tetanus toksoid (DPT,DT,TT) 5x
untuk memberikan perlindungan seumur hidup sehingga Wanita Usia Subur (WUS)
mendapat perlindungan terhadap bayi yang dilahirkan terhadap tetanus
neonatorum.
b.
Maka, upaya mencapai target ETN dengan pemberian tetanus
toksoid 5x sasaran pada bayi dan anak sekolah melalui kegiatan BIAS. Program
BIAS dilaksanakan secara bertahap dengan jadwal.
c.
Dosis TT 0,5 ml diberikan secara intramuscular
Kontraindikasi
Individu yang mengidap penyakit
immuno deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun
karena leukemia, lymphoma. ( Dinkes Prov Jatim, 2005 )
Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami
demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
vaksinasi.
6.
Vaksi
Hepatitis
Hepatitis merupakan penyakit peradangan atau infeksi
hati pada manusia yang disebabkan oleh virus hepatitis B menyebabkan penyakit
hati kronik hingga akut, utamanya kronik subkronik dan sembuh tunggal.
Imunisasi hepatitis diberikan dengan uniject secara
intramuscular. Uniject adalah alat suntik (semprit atau jarum) sekali pakai
yang sudah diisi dengan vaksin dan dosis yang tepat dari pabriknya. Untuk hasil
terbaik imunisasi hepatitis B harus diberikan sedini mungkin. Paling lama tujuh
hari setelah kelahiran, semakin ditunda semakin berkurang efektivitas
perlindungannya terhadap penularan hepatitis B.
Pemberian imunisasi hepatitis B dapat ditunda bila
bayi dalam keadaan kejang, asfiksi, panas tinggi lebih dari 38,5 C, berat badan
kurang dari 2500 gram, atau klasifikasi merah. Apabila imunisasi hepatitis B
diberikan secara benar, hamper tidak ada kejadian ikutan pasca-imunisasi
(KIPI). Namun kemungkinan KIPI yang terjadi adalah reaksi pada kulit, demam,
syok anafilaksis.
Cara pemberian dan dosis
a.
Sebelum
digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
b.
Sebelum
disuntikkan, kondisikan vaksin hingga mencapai suhu kamar.
c.
Vaksin
disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB.
d.
Vaksin
disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID, pemberian suntikkan
secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.
e.
Pemberian
sebanyak 3 dosis.
f.
Dosis
pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum
4 minggu (1 bulan).
g.
Di
unit pelayanan statis, vaksin HB yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama
4 minggu.Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan
lagi untuk hari berikutnya.
Kontra indikasi :
Pada bayi dengan kejang dan
hipersensitivitas dengan suntikan lain sebelumnya.
Efek samping :
Nyeri otot, lesu, mual, sakit
kepala, diare, dan infeksi saluran nafas.
E.
Program BIAS di Indonesia tahun
1998-2001
SD
Kelas
|
1998
|
1999
|
2000
|
2001
dst
|
||
Rutin
|
Khusus
|
Rutin
|
Khusus
|
|||
1
|
DT
|
DT
|
DT
|
Capak
|
DT+
Campak
|
|
2
|
TT
|
TT
|
TT
|
Capak
+ Polio
|
TT
|
|
3
|
TT
|
TT
|
Polio
|
TT
|
Capak+
Polio
|
TT
|
4
|
TT
|
TT
|
Polio
|
TT
|
Capak
+ Polio
|
|
5
|
TT
|
TT
|
Polio
|
TT
|
Capak
+ Polio
|
|
6
|
TT
|
TT
|
Polio
|
TT
|
Capak
+ Polio
|
F.
Jadwal Pemberian Imunisasi
Usia
|
Vaksin
|
Keterangan
|
Saat lahir
|
Hepatitis
B-1
|
HB-1 harus
diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dianjurkan pada usia 1 dan 6
bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif dalam waktu 12 jam setelah lahir
diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1, apabila semula status
HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui
bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi
usia 5 hari.
|
Polio-0
|
Polio-0
diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di rumah
bersalin/rumah sakit polio oral diberikan saat bayi di pulangkan (untuk
menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain)
|
|
1 Bulan
|
Hepatitis
B-2
|
Hb-2
diberikan pada usia 1 bulan, interval Hb-1 dan Hb-2 adalah 1 bulan. Bayi
premature bila HBsAG (-) imunisasi ditunda sampai bayi umur 2 bulanatau berat
badan 2000 gram.
|
0-2 Bulan
|
BCG
|
BCG dapat
diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan diberikan pada usia >3
bulan sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu dan BCG diberikan
apabila uji tuberculin negative. Vaksin BCG tidak dianjurkan oleh karena
manfaatnya dirugikan.
|
DTP-1
|
DTP-1
diberikan pada usia lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp dan Dtap.
DTP-1 dengan interval4-6 minggu.
|
|
Polio-1
|
Polio-1
dapat diberikan bersama dengan DTP-1. Interval pemberian polio2, 3, 4 tidak
kurang dari 4 minggu. Vaksin polio ulang diberikan 1 tahun sejak imunisasi
polio 4 selanjutnya usia 5-6 tahun.
|
|
Jadwal
Pemberian Imunisasi ( Lanjut)
|
||
4 Bulan
|
DTP-2
|
DTP-2
(DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan
Hib-2 (PRP-T)
|
Polio-2
|
Polio-2
diberikan bersama dengan DTP-2
|
|
6 Bulan
|
DTP-3
|
DTP-3
dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3. DTP ulang
diberikan 1 tahun setelah imunisasi DTP 3 dan pada usia 5 tahun DT diberikan pada
anak usia 12 tahun.
|
Polio-3
|
Polio-3
diberikan bersama dengan DTP-3.
|
|
Hepatitis
B-3
|
HB-3
diberikan pada usia 6 bulan. Untuk mendapatkan respon imun yang optimal,
interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
Departemen
kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepB-1 monovalen (uniject) saat
lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/HepB pada usia 2-3-4 bulan.
Imunisasi ulanga (booster) pada usia 5 tahun tidak diperlukan, idealnya pada
usia ini dilakukan pemeriksaan anti HBs
|
|
9 Bulan
|
Campak
|
Campak
1diberikan pada usia 9 bulan.
|
G.
Mekanisme Imunisasi dalam Pencegahan
Penyakit
Imunisasi
bekerja dengan cara merangsang pembentukan antibody terhadap organisme
tertentu, tanpa menyebabkan seorang sakit terlebih dahulu. Vaksin zat yang di
gunakan untuk membentuk imunitas tubuh.Terbuat dari mikroorganisme ataupun bagian
dari mikroorganisme penyebab infeksi yang telah dimatikan atau dilemahkan tidak
akan membuat penderita jatuh sakit vaksin dimasukan kedalam tubuh yang biasanya
melalui suntikan. Sistem pertahanan tubuh kemudian akan bereaksi ke dalam
vaksin yang dimasukan kedalam tubuh tersebut sama seperti apabila mikroorganisme
menyerang tubuh dengan cara membentuk antibody kemudian akan membunuh vaksin tersebut
layaknya membunuh mikroorganisme yang menyerang. Kemudian antibody akan terus berada
diperedaran darah membentuk imunisasi ketika suatu saat tubuh diserang oleh mikroorganisme
yang sama dengan yang terdapat di dalam vaksin,maka antibodi akan melindungi
tubuh dan mencegah terjadinya infeksi. Pada anak yaitu:
Polio,
campak, rubella, difteria, batuk rejan, meningitis, cacar air, gondongan, dan
hepatitis B. Sedangkan terdapat 3 jenis vaksinasi yag di berikan pada
kelompok anak-anak ataupun dewasa dengan resiko tinggi menderita infeksi yaitu:
Hepatitis A, Influenza, Pneumon.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan masalah di atas dapat di simpulkan:
1.
Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem
pertahanan tubuhkebal terhadap infasi mikroorganisme (bakteri dan virus).
2.
Tujuan dari imunisasi adalah untuk menguranggi angka
penderitaan suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkankematian pada penderitanya
3.
Macam-macam dari imunisasi adalah imunisasi aktif dan pasif.
4.
Jenis-jenis imunisasi adalah BCG, Hepatitis B, Polio, DTP, Campak.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka
di sarankan bagi setiap ibu agar selalu memperhatikan kesehatan bayinya yaitu
harus selalu aktif ke posyandu atau tenaga kesehatan terdekat untuk di
beri imunisasi karenadengan di beri imunisasi dapat mencegah bayi dalam berbagai
macam penyakit.
DAFTAR
PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat, Asuhan
Neonatus Bayi dan Balita.Cetakan 1.Jakarta: Buku
Kedokteran EGC 2009. Hal 98-101
Yupi Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan
Anak. Jakarta : EGC.
Dinkes. Prov. Jatim. 2005. Buku Pegangan Kader Posyandu.
Wahyuni, Sari. 2009. Asuhan
Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar