Rabu, 31 Agustus 2016

MENDAMPINGI KAKAK




(By. DIA)

Reza merintih kesakitan. Ia mulai menggigil. Wajahnya pucat. Bibirnya biru. Tangannya bergetar meraih tubuhnya yang panas dingin.
Dengan langkah tertatih, ia tuju lemari putih sebelah meja. Ia buka kunci dan menggapai pintu lemari. Diambilah sejenis obat. Tangan yang masih bergetar berusaha membuka bungkusnya. Ia minum obat tanpa pikir panjang.
Baru saja akan meminum, seseorang mengambil langsung obat itu dan membuangnya di tempat sampah.
Matanya melotot. Tidak percaya dengan apa yang dilakukan gadis di depannya.
“RISKA!” teriakannya menggelenggar memenuhi kamarnya. Reza rapuh, terjatuh di lantai.
“Kenapa? Katanya mau taubat. KENAPA KAKAK AMBIL LAGI BARANG HARAM ITU.”
“DAMN. Gue gak bisa tanpa obat itu. Ini bikin GUE SAKIT.” Rintihnya menahan sakit.
Riska menangis. Air matanya meleleh membasahi pipi merahnya.
“Kenapa aku harus memiliki saudara sebodoh kakak?”
Riska mendekati kakaknya. Pelan, tangan mungilnya mengusap kepala kakaknya.
“Kak. Allah itu maha melihat. Ia tahu segalanya. Teguhkanlah tekad Kak Reza untuk bertaubat, kak. Niat itu tidak hanya diucapkan secara lisan. Tapi juga diucapkan dengan hati. Jika kakak memulai ini semua, seharusnya kakak berani mengakhiri ini. Sakit itu lebih baik kakak rasakan di dunia dari pada di akhirat kelak, kak.”
Riska menangis. Dipeluklah sang kakak yang masih menggigil. Mungkin benar, sulit untuk Reza jauh dari barang terlarang itu. Riska memutuskan untuk mengawasi dan mendapingi kakaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar