Kamis, 18 Februari 2016

KONSEP MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN



MAKALAH
KONSEP MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
Dosen Pengampu: Intan Lusiana, SST






Disusun oleh:
DESI NURIANTI
NIM. 140002
Angkatan: X (Sepuluh)




AKADEMI KEBIDANAN DUTA DHARMA
T.A 2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmaat-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentangKonsep masyarakat Pedesaan dan Perkotaantepat pada waktunya. Pembuatan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Dalam kesempatan ini,penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.           Ibu Sumami,SKM, M.Kes selaku Direktur Akbid Duta Dharma.
2.           IbuIntan Lusiana, SSTselaku dosen pembimbing.
3.           Orang tua kami yang telah membantu secara moril maupun materi.
Dan pihak-pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu. Penyusun menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, tetapi penyusun mengerjakan, menyelesaikan makalah ini dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhan, Ada pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat dijadikan masukan bagi penulis guna menjadi acuhan bekal pengalaman penulis di masa yang akan datang.     



Pati,   Maret  2015

Penulis







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ...... iii
BAB      I        PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A.      Latar Belakang ......................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah..................................................................... 2
C.       Tujuan........................................................................................ 2                       
BAB      II       TINJAUAN TEORI........................................................................ 3
A.      Pengertian Masyrakat Desa....................................................... 3
B.       Pengertian Masyarakat perkotaan............................................. 3
BAB      III     PEMBAHASAN............................................................................. 6
A.      Masyarakat Perkotaan............................................................... 6
B.       Masyarakat Pedesaan.............................................................. 11
C.       Perbedaan antara Pedesaan dan Perkotaan............................. 16
D.      Interaksi Pedesaan danPerkotaan............................................ 16
E.       Hubungan Pedesaan dan Perkotaan........................................ 17
F.        Mengidentifikasi Masalah Sosial............................................. 18
G.      Solusi Masalah Sosial.............................................................. 20
BAB      IV     PENUTUP..................................................................................... 23
A.      Kesimpulan.............................................................................. 23
B.       Saran........................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 24







BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Banyak alasan pentingnya membicarakan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Selain belum ada kesempatan umum tentang keberadaan masyarakat desa sebagai suatu pengertian yang baku,juga kalau dikaitkan dengan pembangunan yang orientasinya banyak dicurahkan kepedesaan, maka pedesaan memiliki arti tersendiri dalam kajian struktur,sosial atau kehidupanya.Dalam keadaan desa yang “sebenarnya”,desa masih dianggap sebagai standard an pemelihara system kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong-royong, kesenian, kepribadian dalam berpakaian, adat-istiadat,kehidupan moral-susila,dan lain-lain.
Orang kota membayangkan bahwa desa ini merupakan tempat orang bergaul dengan rukun, tenang, selaras, dan akur. Akan tetapi justru dengan berdekatan, mudah terjadi konflik atau persaingan yang bersumber dari peristiwa kehidupan sehari-hari, hal tanah, gengsi, perkawinan, perbedaan antara kaum muda dan tua serta antara pria dan wanita. Bayangan bahwa desa tempat ketentraman pada konstelasi tertentu ada benarnya, akan tetapi yang nampak justru bekerja keraslah yang merupakan syarat pokok agar dapat hidup di desa.
Demikian pula dalam konteks pembangunan desa (pertanian),semula orang beranggapan bahwa masyarakat pertanian mangalami involusi (kemunduran) pertanian yang berjalan dalam proses kemiskinan dan apapun teknologi dan kelembagaan modern yang masuk ke pedesaan akan sia-sia.Pernyataan-pernyataan sumbang inilah yang ingin kami bahas dalam makalah yang ringkas dan singkat ini,yang mana adanya kontroversi kesan atau pendapat ini mungkin lebih tepat apabila dihubungkan dengan berbagai gejala sosial seperti konsep-konsep perubahan sosial atau kebudayaan. 

B.       Rumusan Masalah
1.         Apakah pengertian masyarakat perkotaan ?
2.         Apakah pengertian masyarakat pedesaan ?
3.         Apakah perbedaan Pedesaan dan Perkotaan ?
4.         Bagaimana interaksi Pedesaan dan Perkotaan ?
5.         Bagaimana hubungan Pedesaan dan Perkotaan ?
6.         Mengidentifikasi masalah social ?
7.         Bagaimana Solusi Masalah Sosial ?

C.      Tujuan
Diharapkan mahasiswa dapat :
1.         Mengetahui tentang Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan
2.         Memahami Perbedaan Pedesaan dan Perkotaan
3.         Mengerti Interaksi Pedesaan dan Perkotaan
4.         Mengetahui Hubungan Pedesaan dan Perkotaan
5.         Menyebutkan Masalah Sosial
6.         Menjelaskan Solusi Masalah Sosial



BAB II
TEORI

A.      Pengertian Masyrakat Desa
Menurut Bintarto(1983), desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultur yang terdapat di suatu daerah, dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain. Menurut UU nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah pasal I yang dimaksud dengan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan megurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sitem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengartikan desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul  dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B.       Pengertian Masyarakat perkotaan
Seperti halnya desa, kota juga mempunyai pengertian yang bermacam-macam seperti pendapat beberapa ahli berikut ini.
1.      Wirth
Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.

2.      Max Weber
Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal.
3.      Dwigth Sanderson
Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.
Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
Menurut konsep Sosiologik sebagian Jakarta dapat disebut  Kota, karena memang gaya hidupnya yang cenderung bersifat individualistik. Marilah sekarang kita meminjam lagi teori Talcott Parsons mengenai tipe masyarakat kota yang diantaranya mempunyai ciri-ciri  :
1.      Netral Afektif
Masyarakat Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkat Rasionalitas dan sifat rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau Association.Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat emosional atau yang menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
2.      Orientasi Diri
Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistik.
3.      Universalisme
Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk Universalisme.

4.      Prestasi
Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu diterima  berdasarkan kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
5.      Heterogenitas
Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen, artinya terdiri dari lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.







BAB III
PEMBAHASAN

A.      Masyarakat Perkotaan
1.         Pengertian Perkotaan
Beberapa definisi (secara etimologis) “kota”dalam bahasa lain yang agak tepat dengan pengertian ini, seperti dalam bahasa Cina, kota artinya dinding dan dalam bahasa Belanda kuno, tuiin bisa berarti pagar. Jadi dengan demikian kota adalah batas.
Kota adalah suatu ciptaan peradaban budaya umat manusia.Kota sebagai hasil dari peradaban yang lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda dengan pedesaan.
Masyarakat kota adalah suatu kelompok teritorial di mana penduduknya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan hidup sepenuhnya, dan juga merupakan suatu kelompok terorganisasi yang tinggal secara kompak di wilayah tertentu dan memiliki derajat interkomuniti yang tinggi. Masyarakat perkotaan sering disebut urban community
Permasalahan di kota adalah pengangguran, rawan pangan, rawan moral dan lingkungan.
a.         Ada beberapa ciri yang menonjol  pada masyarakat kota yaitu:
a.         Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
b.        Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain.
c.         Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
d.        Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa.
e.         Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan, menyebabkan bahwa interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi.
f.         Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab masyarakat kota biasanya lebih terbuka dalam menerima hal-hal baru.
b.        Permasalahan di kota antara lain:
1.        Kemiskinan
Meski saat ini angka pertumbuhan ekonomi bangsa kita terus menunjukan grafik kenaikan namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat di sekitar kita yang hidupnya masih berada di bawah standar yang layak. Ini menjadi masalah sosial yang bisa kita temukan dengan mudah baik di daerah pedesaan maupun perkotaan.

2.        Pendidikan
Masalah pendidikan di Indonesia adalah cerita lama. Mulai dari bangunan roboh sampai anak-anak putus sekolah adalah masalah yang mendarah daging sejak dahulu. Inilah sekelumit masalah pendidikan yang ada di Indonesia:
1)            Sulitnya akses pendidikan (di daerah-daerah)
2)            Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai
3)            Kurangnya kualitas guru
4)            Kesejahteraan guru yang sangat minim
5)            Tidak relevannya kurikulum pendidikan dengan kebutuhan hidup (sebagian besar pelajaran di sekolah fokus pada teori di dalam kelas, bukannya percobaan dan pengalaman langsung)
6)            Mahalnya biaya pendidikan
7)            Tidak adanya kesadaran orang tua di daerah-daerah untuk menyekolahkan anaknya


3.    Pengangguran
Pengangguran terkait dengan tidak seimbangnya jumlah pencari kerja dan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Orang yang disebut pengangguran adalah mereka yang tidak memiliki sumber penghasilan sama sekali dan tengah mencari kerja. Tingkat pengangguran di Indonesia konon menurun sebanyak 6%, dari 8,12 juta orang menjadi 7,61 juta orang.

Ada beberapa jenis pengangguran, yaitu :
1)             Pengangguran terbuka; yaitu mereka yang secara terang-terangan baru kehilangan pekerjaannya dan sedang berusaha mencari pekerjaan lain.
2)             Pengangguran musiman; yaitu mereka yang sewaktu-waktu menganggur tetapi dalam waktu lain memiliki pekerjaan.
3)             Pengangguran terselubung; yaitu mereka yang jam kerjanya kurang dari 35 jam/minggu.
4)             Pengangguran struktural; yaitu mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan karena tidak memenuhi kriteria yang dibutuhkan.
5)             Pengangguran sukarela; yaitu mereka yang tidak memiliki pekerjaan dan tidak berusaha mencari pekerjaan.

Untuk mengatasi pengangguran, pemerintah banyak mengupayakan berbagai cara. Di antaranya adalah dengan menyediakan kursus pelatihan kerja di dinas tenaga kerja daerah, memacu anak muda (dan pengangguran) untuk berwiraswasta dan meminjamkan dana dengan bunga rendah (bahkan tanpa bunga), dan sebagainya.

Pengangguran, selain menimbulkan efek ekonomis bagi para pelakunya, juga menimbulkan efek psikologis. Menjadi pengangguran sering kali dianggap aib, walaupun pelaku terpaksa menjadi pengangguran karena memang tidak ada perusahaan yang menerimanya bekerja.

2.         Ciri-ciri type masyarakat Perkotaan 
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :
a.         Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
b.        Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada orang lain (Individualisme).
c.         Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
d.        Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
e.         Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
f.         Perubahan-perubahan tampak nyata  dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar
3.         Unsur lingkungan perkotaan
Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola-pola kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik. Kesemuanya akantercermin dalam komponen-komponen yang membentuk stuktur kota tersebut. Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan setidaknya mengandung 5 unsur yang meliputi :
a.         Wisma : unsure ini merupakan bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya, serta untuk melangsungkan kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga. Unsurwisma ini menghadapkan
1)        dapat mengembangkan daerah perumahan penduduk yang sesuai dengan pertambahan kebutuhan penduduk untu masa mendatang
2)        memperbaiki keadaan lingkungan perumahan yang telah ada agar dapat mencapai standar mutu kehidpan yang layak, dan memberikan nilai-nilai lingkungan yang aman dan menyenangkan
b.        Karya : unsure ini merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota, karena unsure ini merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.
c.         Marga : unsure ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya didalam kota, serta hubungan antara kota itu dengan kota lain atau daerah lainnya.
d.        Suka : unsure ini merupakan bagian dari ruang perkotaan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian
e.         Penyempurna : unsure ini merupakan bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi belum secara tepat tercakup ke dalam keempat unsur termasuk fasilitas pendidikan dan kesehatan, fasiltias keagamaan, perkuburan kota dan jaringan utilitas kota.
4.         Fungsi Perkotaan
Fungsi dari kota yakni seberapa jauh fungsi dan peran kota tersebut dalm kerangka wilayah dan daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya, baik secara regional maupun nasional.
Fungsi kota:
a.         Pusat kegiatan politik dan administrasi pemerintahan wilayah tertentu
b.        Pusat dan orientasi kehidupan social budaya suatu wilayah lebih luas
c.         Pusat dan wadah kegiatan ekonomi ekspor :
1)        Produksi barang dan jasa
2)        Terminal dan distribusi barang dan jasa.
d.        Simpul komunikasi regional/global
e.         Satuan fisik-infrastruktural yang terkail dengan arus regional/global

B.       Masyarakat Pedesaan
1.         Pengertian Pedesaan
Desa adalah suatu perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain, sedangkan masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga atau anggota masyarakat yang amat kuat yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di mana ia hidup dicintai serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakat atau anggota masyarakat.
2.         Karakteristik Pedesaan
Karakteristik pedesaan dibagi kedalam tiga karakteristik, yaitu karakteristik fisik, karakteristik sosial, dan karakteristik ekonomi.
a.         Karakteristik Fisik Pedesaan
Dari letak alaminya desa-desa di Indonesia, secara garis besar dapat dikategorikan sebagai berikut:
1)        Desa-desa pantai
Desa-desa pantai atau laut tentu sangat tergantung kepada pantai atau pesisir lautnya.Ada yang berada di pantai landai dengan pasir putihnya, ada juga yang di pantai yang berbukit seperti di pantai Selatan pulau Jawa (meskipun tidak semuanya), dan sebagainya.
2)        Desa-desa di dataran rendah
Desa-desa yang berada di dataran rendah atau “Ngare” (Jawa) pun bervariasi sesuai dengan sejarah terbentuk dan perkembangan masing-masing.Namun desa-desa seperti ini relatif dapat leluasa mengatur pola ruang desa atau teritorialnya dari desa-desa pegunungan atau pantai.
3)        Desa-desa di pegunungan, atau dari segi lain
Desa pegunungan sangat tergantung kepada keadaan alamnya.Rumah-rumah penduduk desa pegunungan ini sering terlihat bersaf-saf secara hirarkis, di celah-celah perbukitan atau lembah pegunungan, atau di kanan kiri sungai.
4)        Desa-desa di pedalaman
Desa pedalaman, yaitu desa-desa yang berada jauh dari kota dan relatif terisolir, di wilayah pegunungan atau pedalaman, jauh di luar kota.
b.        Karakteristik Sosial Pedesaan
Berikut adalah karakteristik sosial pedesaan, yaitu :
1)        Sistem kehidupan umumnya bersifat kelompok dengan dasar kekeluargaan (paguyuban).
2)        Masyarakat bersifat homogen seperti dalam hal mata pencahariaan, agama dan adat istiadat.
3)        Diantara warga desa mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat lain di luar batas wilayahnya.
4)        Mata pencahariaan utama para penduduk biasanya bertani.
5)        Faktor geografis sangat berpengaruh terhadapa corak kehidupan masyarakat.
6)        Jarak antara tempat bekerja tidak terlalu jauh dari tempat tinggal.
c.         Karakteristik Ekonomi Pedesaan
Karakteristik ekonomi pedesaan adalah sebagai berikut:
1)        Ketergantungan pada kota dalam hal pasar dan modal
2)        Lapangan kerja utama di sektor pertanian dan pengolahan hasil pertanian.
3)        Pengolahan dengan teknologi sederhana.
4)        Mengolah usaha dalam skala kecil dan menengah.
5)        Permasalahan modal dan pemasaran.
3.         Unsur-Unsur Pedesaan
Desa memiliki beberapa unsur, yaitu:
a.         Unsur daerah, berupa tanah produktif dan tidak produktif, serta unsur lokasi, luas dan batas.
b.        Unsur penduduk berupa jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk.
c.         Unsur tata kehidupan berupa seluk-beluk masyarakat desa (Bintarto, 1977)
4.         Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan
a.         Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
b.        Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c.         Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)
d.        Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
e.         Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
5.         Masalah Masyarakat Pedesaan
a.         Konflik (Pertengkaran)
Ramalan orang kota bahwa masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang tenang dan harmonis itu memang tidak sesuai dengan kenyataan sebab yang benar dalam masyarakat pedesaan adalah penuh masalah dan banyak ketegangan. Karena setiap hari mereka yang selalu berdekatan dengan orang-orang tetangganya secara terus-menerus dan hal ini menyebabkan kesempatan untuk bertengkar amat banyak sehingga kemungkinan terjadi peristiwa-peristiwa peledakan dari ketegangan amat banyak dan sering terjadi.
Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi biasanya berkisar pada masalah sehari-hari rumah tangga dan sering menjalar ke luar rumah tangga. Sedang sumber banyak pertengkaran itu rupa-rupanya berkisar pada masalah kedudukan dan gengsi, perkawinan, dan sebagainya.
b.        Kontraversi (pertentangan)
Pertentangan ini bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan (adat-istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna (black magic). Para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah kontraversi (pertentangan) ini dari sudut kebiasaan masyarakat.
c.         Kompetisi (Persiapan)
Sesuai dengan kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia-manusia yang mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasanya yang antara lain mempunyai saingan dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan itu bisa positif dan bisa negatif. Positif bila persaingan wujudnya saling meningkatkan usaha untuk meningkatkan prestasi dan produksi atau output (hasil). Sebaliknya yang negatif bila persaingan ini hanya berhenti pada sifat iri, yang tidak mau berusaha sehingga kadang-kadang hanya melancarkan fitnah-fitnah saja, yang hal ini kurang ada manfaatnya sebaliknya menambah ketegangan dalam masyarakat.
d.        Kegiatan pada Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi jelas masyarakat pedesaan bukanlah masyarakat yang senang diam-diam tanpa aktivitas, tanpa adanya suatu kegiatan tetapi kenyataannya adalah sebaliknya. Jadi apabila orang berpendapat bahwa orang desa didorong untuk bekerja lebih keras, maka hal ini tidaklah mendapat sambutan yang sangat dari para ahli. Karena pada umumnya masyarakat sudah bekerja keras.
e.         lemahnya posisi sumber daya alam
lemahnya posisi sumber daya manusia di pedesaan, kurangnya penguasaan teknologi, lemahnya infrastruktur dan lemahnya aspek kelembagaan, termasuk budaya, sikap, dan motivasi.



C.      Perbedaan antara Pedesaan dan Perkotaan
Dalam masyarakat modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural community) dan masyarakat perkotaan (urban community). Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan "berlawanan" pula. Perbedaan ciri antara kedua sistem tersebut dapat diungkapkan secara singkat menurut Poplin (1972) sebagai berikut:  


Masyarakat Pedesaan
Masyarakat Kota
1.      Perilaku homogen
2.      Perilaku yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan
3.      Perilaku yang berorientasi pada tradisi dan status
4.      Isolasi sosial, sehingga statik
5.      Kesatuan dan keutuhan kultural
6.      Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
7.      Kolektivisme
1.      Perilaku heterogen
2.      Perilaku yang dilandasi oleh konsep pengandalan diri dan kelembagaan
3.      Perilaku yang berorientasi pada rasionalitas dan fungsi
4.      Mobilitas sosial, sehingga dinamik
5.      Kebauran dan diversifikasi kultural
6.      Birokrasi fungsional dan nilai-nilai sekular
7.      Individualisme

D.      Interaksi Pedesaan dan Perkotaan
1.         Interaksi sosial dapat terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi.
a.         Pola interaksi sosial pada masyarakat ditentukan oleh struktur sosial masyarakat yang bersangkutan.
b.        Pola interaksi masyarakat pedesaan adalah dengan prinsip kerukunan, sedang masyarakat perkotaan lebih ke motif ekonomi, politik, pendidikan, dan kadang hierarki.
c.         Pola interaksi masyarakat pedesaan bersifat horisontal, sedangkan masyarakat perkotaan vertikal.
d.        Pola interaksi masyarakat kota adalah individual, sedangkan masyarakat desa adalah kebersamaan.
e.         Pola solidaritas sosial masyarakat pedesaan timbul karena adanya kesamaan-kesamaan kemasyarakatan, sedangkan masyarakat kota terbentuk karena adanya perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat.

2.         Pengaruh kota terhadap desa :
a.         kota menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan desa
b.        menyediakan tenaga kerja bidang jasa
c.         memproduksi hasil pertanian desa
d.        penyedia fasilitas-fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan, rekreasi
e.         andil dalam terkikisnya budaya desa
3.         Pengaruh desa terhadap kota :
a.         penyedia tenaga kerja kasar
b.        penyedia bahan-bahan kebutuhan kota
c.         penyedia ruang (space)

E.       Hubungan Pedesaan dan Perkotaan
Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan terdapat hubungan uang erat, bersifat ketergantungan, karena saling membutuhkan. Kota tergantung desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan, desa juga merupakan tenaga kasar pada jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota. Sebaliknya, kota menghasilkan barang-barang yg juga diperlukan oleh orang desa, kota juga menyediakan tenaga-tenaga yang melayani bidang-bidang jasa yg dibutuhkan oleh orang desa.

F.       Mengidentifikasi Masalah Sosial
Masalah sosial merupakan permasalahan yang terjadi di masyarakat.Masalah sosial merupakan suatu keadaan di masyarakat yang tidak normal atau tidak semestinya.Masalah sosial dapat terjadi pada masyarakat di pedesaan maupun di perkotaan.Keadaan masyarakat di pedesaan dan di perkotaan tentu berbeda.Pada umumnya masyarakat pedesaan masih memegang erat nilai-nilai kerukunan, kebersamaan dan kepedulian.Sehingga tidak heran sering kita jumpai adanya kerja bakti, saling memberi dan menolong. Sedangkan masyarakat di kota hidup dalam suasana egois, individu (sendiri-sendiri), kurang akrab serta kurang rukun. Kehidupan semacam ini sebenarnya merupakan salah satu masalah sosial di wilayah tersebut. Saat ini di negara kita masih banyak kita jumpai permasalahan sosial, antara lain sebagai berikut:
1.         Kebodohan
Salah satu akibat bila kita bodoh adalah mudah diperalat orang lain. Kita juga akan sulit meraih cita-cita yang tinggi. Kebodohan terjadi karena tidak memiliki pendidikan atau pendidikannya rendah. Di negara kita ternyata masih banyak orang yang pendidikannya rendah bahkan tidak pernah sekolah sama sekali. Masih ada orang yang tidak bisa membaca atau buta huruf. Hal ini antara lain disebabkan oleh kemalasan, biaya pendidikan yang tinggi dan tidak meratanya pendidikan di Indonesia.
2.         Pengangguran
Pengangguran adalah orang dewasa yang tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan.Jumlah pengangguran semakin banyak karena jumlah lulusan sekolah lebih banyak dari pada jumlah lapangan pekerjaan.Selain itu para pengusaha dihadapkan pada persoalan kenaikan tarif listrik dan harga bahan bakar minyak yang mahal.Hal itu menyebabkan banyaknya perusahaan yang tutup dan bangkrut, atau setidaknya mengurangi jumlah karyawannya.Itulah sebabnya pengangguran dapat menimbulkan permasalahan sosial lainnya.Seperti kemiskinan, kejahatan, perjudian, kelaparan, kurang gizi bahkan meningkatnya angka bunuh diri.
3.         Kemiskinan
Semakin banyak dan semakin lama orang menganggur menyebabkan kemiskinan.Orang yang miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya seperti pangan, sandang dan papan. Kemiskinan dapat menyebabkan berbagai permasalahan sosial yang lain, seperti kejahatan, kelaparan, putus sekolah, kurang gizi, rentan penyakit dan stress. Kemiskinan bisa disebabkan oleh dua hal.Yakni dari dalam diri seseorang (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor internal antara lain karena pendidikan yang rendah, tidak memiliki keterampilan dan karena sifat malas. Sedangkan faktor eksternal antara lain disebabkan oleh kondisi ekonomi negara yang buruk, harga melambung tinggi dan kurangnya perhatian pemerintah.
4.         Kejahatan
Kejahatan sering disebut sebagai tindak kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum.Pengangguran dan kemiskinan dapat menyebabkan tindak kejahatan.Jika tidak dilandasi keimanan dan akal sehat, penganggur mengambil jalan pintas untuk mengatasi kemiskinannya. Banyak cara keliru yang dijalani misalnya melakukan judi, penipuan, pencurian, pencopetan, perampokan hingga pada pembunuhan. Yang stress dan tidak kuat bisa kemudian minum-minuman keras atau memakai narkoba. Namun ternyata kejahatan tidak hanya karena miskin.Banyak orang yang sebenarnya sudah mapan hidupnya melakukan kejahatan.
5.         Pertikaian
Pertikaian bisa disebabkan karena salah paham, emosi yang tidak terkendali atau karena memperebutkan sesuatu.Sesuatu yang diperebutkan dapat berupa suatu prinsip, seseorang atau suatu barang.Pertikaian dapat terjadi di dalam suatu keluarga atau di masyarakat.Pertikaian yang tidak segera diselesaikan bisa berakibat fatal.Suatu pertikaian bahkan dapat menimbulkan korban jiwa.
6.         Kenakalan remaja
Kebut-kebutan bagi mereka sendiri sangat berbahaya yakni dapat menimbulkan kecelakaan. Di samping itu juga mengganggu dan membahayakan orang lain. Kenakalan remaja dapat berbentuk lain seperti coret-coret dinding di jalan, minum-minuman keras, berdandan yang tidak semestinya ataupun menggunakan narkoba. Penyebab kenakalan remaja antara lain sebagai berikut :

a.         Kurangnya perhatian dari orang tua
b.        Pengaruh lingkungan pergaulan
c.         Kurang mantapnya kepribadian diri
d.        Jauh dari kehidupan beragama

G.      Solusi Masalah Sosial
Mengatasi masalah sosial bukanlah perkara yang mudah. Berikut ini beberapa contoh upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan sosial:
1.         Pemberian kartu askes
Kartu Askes (Asuransi Kesehatan) diberikan kepada keluarga miskin.Kartu Askes kadang disebut Askeskin (Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin).Dengan kartu Askes, keluarga miskin dapat berobat di rumah sakit yang ditunjuk dengan biaya ringan atau gratis.
2.         Pemberian beras untuk masyarakat miskin (Raskin)
Raskin merupakan program pemberian bantuan pangan dari pemerintah berupa beras dengan harga yang sangat murah.Dengan raskin diharapkan masyarakat yang termasuk keluarga miskin dapat memenuhi kebutuhan pangannya.
3.         Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
BOS diberikan kepada siswa-siswi sekolah mulai dari sekolah dasar sampai tingkat SLTA.Tujuannya untuk meringankan biaya pendidikan.Sekarang juga sudah dilakukan program BOS buku.Yakni program penyediaan buku pelajaran bagi siswa sekolah.Dengan BOS buku diharapkan orang tua tidak lagi dibebani biaya membeli buku pelajaran untuk anaknya yang sekolah.
4.         Sekolah terbuka
Sekolah terbuka merupakan sekolah yang waktu belajarnya tidak terlalu padat dan terikat.Sekolah terbuka diperuntukkan bagai siswa yang kurang mampu.Dengan sekolah terbuka siswanya dapat sekolah meskipun sudah bekerja.
5.         Program pendidikan luar sekolah
Pendidikan luar sekolah biasanya berupa kursus-kursus seperti menjahit, perbengkelan ataupun komputer.Pemerintah mengadakan program pendidikan luar sekolah agar anak-anak yang tidak sekolah atau putus sekolah dapat tetap memiliki ilmu dan ketrampilan.
6.         Pemberian Bantuan Tunai Langsung (BTL)
BTL diberikan kepada masyarakat miskin yang tidak berpenghasilan. BTL merupakan dana kompensasi/pengganti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
7.         Pemberian bantuan modal usaha
Bantuan modal usaha diberikan kepada masyarakat miskin yang akan mengembangkan atau memulai suatu usaha. Biasanya untuk usaha kecil dan menengah.Bantuan modal usaha ini adalah dalam rangka mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan.
8.         Mengontrol jumlah dan pertumbuhan penduduk
Untuk mengontrol jumlah dan pertumbuhan penduduk salah satunya yaitu dengan program Keluarga Berencana (KB) dengan semboyan dua anak saja cukup, dengan demikian diharapkan setiap anak yang lahir akan bisa terurus dengan baik karena jumlah anak yang dilahirkan tidak banyak.
9.         Pemerataan persebaran penduduk.
Pemerataan penduduk sebenarnya sudah dilakukan sejak zaman belanda yaitu dengan mengirim penduduk pulau jawa ke sumatra, kalimantan dan pulau-pulau yang lain untuk menjadi pekerja. Hal seperti ini dilanjutkan pada masa orde baru dengan nama transmigrasi, ada banyak perbedaan antara masa belanda dengan masa orde baru, pada masa orde baru orang yang mau transmigrasi di beri tanah, rumah, di jatah bahan makanan dalam kurun waktu tertentu. Transmigrasi dilakukan untuk mengurangi kepadatan penduduk dan memberikan peluang usaha serta pekerjaan bagi masyarakat.

10.     Peningkatan pelayanan kesehatan.
Kesehatan adalah modal utama manusia dalam berdaya upaya, oleh karena itu kesehatan sangat penting dan karena pentingnya tersebut pemerintah mencanangkan makanan 4 sehat 5 sempurna dan posyandu-posyandu di desa-desa.
11.     Peningkatan pelayanan pendidikan.
Pemerintah sudah berupaya keras untuk meningkatkan pendidikan di indonesia yaitu dengan memberikan bantuan kepada setiap sekolah dan siswanya. Serta diselenggarakannya SMP dan SMA terbuka yang di khususkan untuk mereka yang tidak mampu, sekarang pemerintah mencanangkan program WAJAR (wajib belajar).







BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang hidup bersama dan bekerjasama yang berhubungan secara erat tahan lama dengan sifat-sifat yang hamper sama (homogen) disuatu daerah atau wilayah tertentu dengan bermata pencaharian dari sektor pertanian (agraris). Sedangkan masyarakat kota ialah masyarakat yang tinggal di tengah-tengah kota, gaya hidup individual, jalan pikiran yang rasional dan tidak terikat oleh adat atau norma tertentu
Meskipun banyak sekali perbedaan antara masyarakat desa dan kota, namun diantara kedua komponen tersebut memiliki hubungan yang signifikan, artinya kehidupan perekonomian di kota tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak ada pasokan tenaga atau barang dari desa, begitu juga sebaliknya.

B.       Saran
1.         Bagi Para Pembaca
Mari kita bersama-sama berpartisipasi dalam upaya untuk mengurangi dan meminimalisir masalah social masyarakat yang ada.
2.         Bagi Para Pembuat Karya Ilmiah Selanjutnya
Seiring perkembangan zaman akan bermunculan masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat. Sedangkan masalah lama mungkin belum terselesaikan solusinya.






DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta.
Marwanto, 12 November 2006. Jangan bunuh desa kami. Jakarta:Kompas
Kosim, H, E. 1996. Bandung: Sekolah Tinggi Bahasa Asing Yapari





Tidak ada komentar:

Posting Komentar