PEREMPUAN DAN PENCIPTAANNYA DARI TULANG
RUSUKKAH ?
By.
Sjahar Banu
Mungkin sebagian menganggap kajian ini merupakan kajian
yang basi dan tidak up to date lagi. Atau, mungkin sebagian balik bertanya :
“Emang kenapa kalau benar perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk laki-laki
seperti yang sudah menjadi pandangan umum ?”
Sebenarnya permasalahannya bukan
pada menerima atau tidaknya bahwa perempuan telah diciptakan dari tulang rusuk
laki-laki. Karena, dalam kacamata Islam hal itu tidak menjadikan laki-laki
‘manusia kelas satu’ dan perempuan ‘manusia kelas dua’. Kita semua tahu bahwa
tolak ukur kemuliaan manusia bukanlah dari jenis kelamin, melainkan
ketakwaannya. Namun, permasalahannya adalah pandangan seperti ini biasanya
dijadikan alasan untuk merendahkan perempuan, atau penjustifikasian atas
perbuatan perempuan yang dianggap salah.
Karena itu, tak ada salahnya kembali
mengkaji secara ilmiah masalah ini dengan merujuk pada Al Qur’an, hadis bahkan
Bibel. Dalam Al Qur’an, tidak ada satu ayat pun yang menjelaskan secara
gamblang tentang masalah tulang rusuk ini. Dalam ayat yang berkaitan dengan
penciptaan laki-laki dan perempuan. Allah berfirman : “Hai sekalian manusia,
bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari jiwa yang satu
(nafs wahidah) dan dari padanya Allah menciptakan pasangannya. (QS. An-Nisaa’ :
1). “Dia menciptakan kamu dari jiwa yang satu (nafs wahidah) kemudian Dia
jadikan dari padanya pasangannya.” (QS Az-Zumar : 6).
Al Qur’an menggunakan ungkapan nafs
wahidah ketika menjelaskan tentang penciptaan Adam dan pasangannya atau
penciptaan manusia secara umum. “Dia yang telah menciptakan kamu dari ‘nafs
wahidah’. Apakah yang dimaksud dengan ‘nafs’? Nafs merupakan substansi dan
hakikat manusia, dimana dengan nafs itulah manusia dapat dikatakan sebagai
manusia. Ketika hidup di dunia, manusia tersusun dari dua sisi, sisi jasmani
dan sisi rohani, atau dimensi materi dan non materi. Dan, sewaktu hidup di alam
barzakh ia hanya memiliki sisi rohani, atau dimensi non materi saja. Ayat di
atas seakan ingin mengatakan : Wahai manusia (lelaki dan perempuan) ! Kamu
sekalian diciptakan dari substansi dan hakikat yang sama.
Kemudian dalam lanjutan ayat itu,
Allah berfirman,” … dan dari padanya..” Kata ‘nya’ adalah kata ganti dari ‘nafs
wahidah’. Dalam kaidah bahasa Arab kata min mempunyai beberapa makna di
antaranya, ba’dhiyyah (bagian) dan jinsiyyah (jenis)”. Sebagian mufasir
mengartikan min dalam kata minha adalah ‘bagian’. Atas dasar ini mereka
memaknai bahwa Hawa tercipta dari bagian Adam, yaitu dari tulang rusuknya
(meskipun kata tulang rusuk tidak dijumpai dalam ayat itu). Dan sebagian
mufasir lain mengartikannya sebagai jinsiyah (jenis). Atas dasar ini, ayat itu
dimakna bahwa sebagaimana Tuhan menciptakan Adam dari jenis manusia, maka diciptakanlah
pula pasangannya dari jenisnya Adam, yaitu jenis manusia.
Tafsir Kassyaf telah mengartikan
kata min sebagai min bayaniyah dengan argumen bahwa manusia diciptakan dari
jenis yang satu, yaitu dari tanah, sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut,”
Dan di antara tanda-tanda kekuasaannya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah.”
(QS Ar-Rum : 20). Menurut Allamah Thabathabai dalam tafsir Al-Mizan, dari ayat
tersebut, baik secara lahiriah maupun konteksnya, tidak dapat diambil
kesimpulan bahwa Hawa tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam.
Di samping itu, terdapat hadis yang
menunjukkan bahwa proses penciptaan Hawa terpisah dari penciptaan Adam, seperti
yang dikutip dalam kitab Nuruts Tsaqalain. Seseorang bertanya kepada Imam
Baqir, “Wahai Imam, dari apakah Tuhan menciptakan Hawa? Imam berkata,” Apa
pendapat orang-orang tentang hal ini ? Orang itu menjawab,” Mereka berpendapat
bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam.” Kemudian Imam kembali
berkata,” Mereka berkata bohong. Apakah
Tuhan tidak mampu menciptakan Hawa selain dari tulang rusuk Nabi Adam? Orang
itu kembali bertanya, “Lantas dari apakah Hawa diciptakan ?” Imam menjawab,
“Ayahku meriwayatkan dari kakek-kakekku bahwa Rosul bersabda. “Allah SWT
mengambil segenggam tanah, kemudian dari tanah tersebut diciptakanlah Adam dan
sisa dari tanah tersebut diciptakanlah Hawa.”
` Hadis-hadis yang menjelaskan tentang
penciptaan perempuan sebagiannya diriwayatkan oleh para penyebar hadis-hadis Isroiliyat,
seperti Ka’bul Akhbar, Abdullah bin Salam, Muhammad Quraizi, dan lainnya
seperti dapat kita lihat dalam tafsir Thabari. Bahkan beberapa hadis tentang
hal ini yang perawinya berakhir kepada Ka’bul Akhbar (seorang tokoh Yahudi yang
masuk Islam pada masa Umar bin Khatab), isi hadisnya sama persis dengan Bibel
pada Bagian perjanjian lama. Dalam Bibel disebutkan proses penciptaan Hawa,
“Lalu, Tuhan Allah itu membuat tidur nyenyak, ketika ia tidur. Tuhan Allah
mengambil salah satu rusuk dari padanya… dan dari rusuk yang diambil Tuhan
Allah dari manusia itu, dibangunya allah seorang perempuan. Lalu berkatalah
manusia itu. Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan
dinamai perempuan sebab ia diambil dari laki-laki.” (Alkitab, kejadian 2 :
21-23).
Intinya, mau menerima pandangan
bahwa perempuan dari tulang rusuk pria, atau lebih memilih pendapat mufasir
sebagaimana yang saya kutip di sini, bukanlah masalah. Apapun keyakinan Anda,
yang penting, kita tidak boleh menjadikannya sebagai dalil untuk merendahkan
posisi perempuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar