Rabu, 31 Agustus 2016

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PERSALINAN VAKUM EKSTRAKSI



MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA NY. N
UMUR 25 TAHUN G1P0A0  UMUR KEHAMILAN 41 MINGGU
DENGAN PERSALINAN VAKUM EKSTRAKSI
DI RUANG MAWAR RSUD RA. KARTINI JEPARA



 
 

Disusun oleh:
1.        Asti Apriani        (140001)
2.        Desi Nurianti      (140002)
3.        Diyah Ayu N H   (140003)


AKADEMI KEBIDANAN DUTA DHARMA
T. A 2015/2016


HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan makalah Asuhan Kebidanan Patologi Pada Ny. N Umur 25 Tahun G1P0A0 Umur Kehamilan 41 Minggu Dengan Persalinan Vakum Ekstraksi Di Ruang Mawar RSUD RA. Kartini Jepara, telah disetujui untuk diseminarkan. Berdasarkan hasil bimbingan oleh dosen sejak tanggal 07 Juni 2016.




Pembimbing Lahan



Zulita Amd.Keb
NIP.19810401 200801 2014
Disetujui :
Pada tanggal      Juni 2016

Pembimbing Akademik



Farida Nur Khayati., S.SiT
NIK.19870505201011249


HALAMAN PENGESAHAN

Laporan makalah Asuhan Kebidanan Patologi Pada Ny. N Umur 25 Tahun G1P0A0 Umur Kehamilan 41 Minggu Dengan Persalinan Vakum Ekstraksi Di Ruang Mawar RSUD RA. Kartini Jepara telah diseminarkan dan disahkan pada tanggal 22 Juni 2016.




Pembimbing Lahan



Zulita Amd.Keb
NIP.19810401 200801 2014
Disahkan :
Pada tanggal      Juni 2016

Pembimbing Akademik



Farida Nur Khayati., S.SiT
NIK.19870505201011249




KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan “Asuhan Kebidanan Patologi Pada Ny.N Umur 25 Tahun G1P0A0 Umur Kehamilan 41 Minggu Dengan Persalinan Vakum Ekstraksi Di Ruang Mawar RSUD RA. Kartini Jepara” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun guna memenuhi ujian praktek atau seminar patologi di rumah sakit. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1.        Sumami, SKM, M.Kes selaku Direktur Akbid Duta Dharma.
2.        Farida N.K, S.SiT selaku pembimbing akademik.
3.        Zulita Amd.Keb selaku pembimbing lahan.
4.        Orang tua kami yang telah membantu secara moril maupun materi.
Beserta teman-teman yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.Semoga laporan asuhan kebidanan patologi ini bermanfaat dalam pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu bagi pembacanya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari pembimbing guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.


Jepara,   Juni 2016


Penulis



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
BAB I      PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B.       Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C.       Tujuan ....................................................................................................... 3
D.      Manfaat .................................................................................................... 3
BAB II    TINJAUAN TEORI
A.      Definisi Ekstraksi Vakum.......................................................................... 4
B.       Indikasi Ekstraksi Vakum......................................................................... 5
C.       Syarat Ekstraksi Vakum............................................................................ 6
D.      Kriteria Kegagalan Vakum Ekstraksi........................................................ 6
E.       KomplikasiVakum Ekstraksi..................................................................... 7
F.        Keuntungan dan Kerugian Tindakan Vakum Ekstraksi............................ 7
G.      Pelaksaksanaan Vakum Ekstraksi ............................................................. 8
BAB III    TINJAUAN KASUS ...................................................................... ......... 14
BAB IV   PELAKSANAAN PERASAT ................................................................ 21
BAB V    PEMBAHASAN ...................................................................................... 26
BAB VI   PENUTUP ................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 28





BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Dalam Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia 2001-2010 disebut bahwa dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, Making Pregnancy Safer mempunyai misi dan visi untuk mencapai Indonesia sehat 2010. Visi Making Pregnancy Safer adalah semua perempuan di Indosenia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahirkan hidup sehat. Sedangkan misinya adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin ASKES terhadap intervensi yang cost-effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat dan mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan nasional. Dan tujuan Making Pregnancy Safer adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia (Depkes RI, 2011).
Vakum esktraksi merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan ekstraksi menggunakan tekanan negatif dengan alat vakum. Adanya beberapa faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan vakum ekstraksi dilakukan yaitu ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung, seksio sesarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Maka perlu tindakan vakum ekstraksi. Vakum ekstraksi dapat mengakibatkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagina ibu sehingga mengakibatkan perdarahan yang dapat meningkatkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan pendarahan intracranial (Depkes RI, 2012). 
Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran yang terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara bekembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran.
Dr. Ieke menegaskan bahwa 90% kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh pendarahan (30%), infeksi (12%), eklampsia (25%), partus lama (11%), komplikasi abortus (12%) dan penyebab lainnya (Depkes RI, 2001). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)  tahun 2002 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan AKI dari 307 menjadi 390 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012).
Persalinan yang didapat dari WHO kejadian vakum ekstraksi berkisar antara 38% dan pervaginam berkisar 62% pada presentase belakang kepala. Sekalipun kejadian kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian ibu 90% disebabkan oleh perdarahan yaitu (Mochtar 1998) atonia uteri 50% - 60 %, retensio plasenta 16% -17 %, laserasi jalan lahir 4% - 5%, kelainan darah 0,5% - 0,8%, infeksi, partus lama dan komplikasi lain (Depkes RI, 2012).
Alasan pemilihan alat vakum ekstraksi (alat bantu persalinan pervaginam) adalah untuk menghindari tingginya angka operasi caesaryang sudah membutuhkan biaya relatif lebih besar dan resiko dari tindakan operasi terhadap ibu bila dibandingkan dengan tindakan vakum ekstraksi, selain itu komplikasi yang terjadi pada partus buatan dengan vakum ekstraksi biasanya timbul akibat terlalu lama dan terlalu kuatnya tarikan kadang juga operator sering  menemukan kendala dari pihak keluarga akibat sikap keluarga yang tidak siap operasi dan meminta dokter untuk mencoba tetap lahir pervaginam.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana asuhan kebidanan yang diberikan pada persalinan patologis dengan vakum ekstraksi?



C.      Tujuan
Mengetahui asuhan kebidanan yang diberikan pada persalinan patologi dengan vakum ekstraksi.

D.      Manfaat
1.         Bagi Instansi
Sebagai bahan referensi terkait pemberian asuhan kebidanan patologi pada persalinan dengan vakum ekstraksi, serta perbedaan implementasi kasus berdasarkan teori atau praktek.
2.         Bagi Institusi
Sebagai bahan referensi bahan pustaka untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
3.         Bagi Penulis
Penulis dapat mengaplikasikan konsep, teori, dan ilmu yang telah diperoleh dalam melaksanakan asuhan kebidanan kepada klien.




BAB II
TINJAUAN TEORI

A.      Definisi Vakum Ekstraksi
Vakum ekstraksiadalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vacum) di kepalanya (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. 2001: 331).Vakum ekstraksiadalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi pada bayi (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2009: 495.)
Vakum ekstraksi adalah suatu tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vacum ekstraktor (Standar Pelayanan Kebidanan: 60). Vaccum is an operation for the delivery of the fetal head from the mother by use of a vacuum extractor applied to the fetal scalp on presence of maternal effort (Hughes).Vakum ekstraksi adalah suatu instrumen obstetrik untuk melahirkan bayi. Aplikasi ekstraktor vakum: outlet, rendah dan tengah seperti pada ekstraksi forsep.
Vakum ekstraksi adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip antara kepala janin dan alat penarik mengikuti gerakan alat vakum ekstraktor.
Vakum ekstraktor adalah alat yang menggunakan daya hampa udara (tekanan negatif) untuk melahirkan bayi dengan tarikan pada kepala (Sarwono Prawirohardjo.2014. Ilmu Kebidanan: 831). Prinsip dari cara ini adalah mengadakan suatu vakum (tekanan negatif) melalui suatu cup pada kepala bayi, dengan demikian akan timbul caput secara artificiil dan cup akan melekat erat pada kepala bayi. Penurunan tekanan harus diatur perlahan-lahan untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul caput succedaneum. Jadi, prinsip kerja vakum ekstraksi yaitu membuat suatu caput succedaneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum dan caput ini akan hilang dalam beberapa hari.
B.       Indikasi dan Kontraindikasi Vakum Ekstraksi
1.         Indikasi Ibu
a.         Power Ibu Menurun
Tanda: frekuensi his semakin menurun, nadi ibu cepat > 100 x/mnt, napas cepat > 40x/mnt
b.        Decom Tingkat I
Tanda: sesak napas yang dialami ibu setelah ibu mengejan.
c.         Tekanan Darah Naik
Tanda: ibu pusing, ada kenaikan tekanan sistole dan diastole
d.        Tidak Kuat Mengejan
Penurunan kepala janin statis, saat ibu mengejan dua kali kepala tidak mengalami penurunan.
e.         Adanya Kenaikan Suhu
Suhu naik lebih dari normal, > 37,5
2.         Indikasi Janin
a.         Gawat Janin
DJJ  janin 160x/mnt
3.         Indikasi Waktu
a.         Kala II Memanjang
Tanda: pada primi peralinan kala II > 2 jam, pada multi > 1 jam
4.         Kontraindikasi Vakum Ektraksi
Ibu: ibu yang menderita rupture uteri membakat, ibu yang tidak boleh
mengejan (ibu dengan penyakit jantung, asma, hipertensi).
Janin : Mal presentasi kepala janin (dahi, muka, bokong, puncak kepala), bayi prematur, gawat janin, caput succedaneum yang sudah besar.
(Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan, 2010).


C.      Syarat Vakum Ekstraksi
Syarat-syarat dilakukan vakum ekstraksi
1.         Pembukaan lengkap atau hampir lengkap.
2.         Presentasi kepala.
3.         Janin cukup bulan (tidak prematur).
4.         Tidak ada kesempitan panggul (disproporsi sefalo pelvik).
5.         Anak hidup dan tidak gawat janin.
6.         Penurunan H III/III + (puskesmas H IV/dasar panggul).
7.         Kontraksi baik.
8.         Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengejan.
9.         Ketuban sudah pecah atau dipecahkan.
Yang harus diperhatikan dalam tindakan vakum ekstraksi:
1.         Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar.
2.         Penurunan tekanan harus berangsur-angsur.
3.         Cup dengan tekanan negatif tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam.
4.         Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan.
5.         Apabila kepala masih agak tinggi (H III) sebaiknya dipasang cup terbesar (diameter 7 cm)
6.         Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
7.         Vakum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi prematur

D.      Kriteria Kegagalan Vakum Ekstraksi
1.      Kriteria kegagalan
a.         Dalam 30 menit traksi tidak berhasil
b.        Mangkuk terlepas 3x
2.      Penyebab kegagalan
a.        Tenaga vakum terlalu rendah, tekanan negatif dibuat terlalu cepat.
b.        Selaput ketuban melekat, bagian jalan lahir terjepit, koordinasi tangan kurang baik, traksi terlalu kuat, cacat otot yang sebelumnya tidak diketahui.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal Edisi 1 Cetakan 13, 2014).

E.       Komplikasi
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal Edisi 1 Cetakan 13, 2014. Komplikasi yang akan terjadi pada vakum ekstraksi:
1.         Ibu : perdarahan akibat atonia uteri / trauma, trauma jalan lahir.
2.        Bayi : ekstraksi kulit kepala, sefal hematoma, nekrosis kulit kepala, perdarahan intracranial, fraktur klavikula.

F.       Keuntungan dan Kerugian Tindakan Vakum Ekstraksi
Keuntungan tindakan vakum ekstraksi:
1.         Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dari demikian mengurangi frekuensi SC. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, cup dapat di pasang di belakang kepala, samping kepala ataupun dahi, tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya.
2.         Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada pembukaan 8-9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk ini dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk mencegah robekan cervik. Di samping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan pada otak.
3.         Vakum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan fleksi kepala (misal pada letak dahi).
(Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan, 2010).
Kerugian tindakan vakum ekstraksi:
Kerugian dari tindakan vakum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasangan cup sampai dapat ditarik relatif lebih lama (kurang lebih 10 menit).Cara ini tidak dapat dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada fetal distress (gawat janin) alatnya relatif lebih mahal dibanding dengan forcep biasa (Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan, 2010).
G.      Pelaksanaan Vakum Ekstraksi
LANGKAH KLINIK
A.       PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
B.       PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
1.        Pasien
a.         Cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
b.        Uji fungsi dan perlengkapan peralatan ekstraksi vakum.
c.         Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.
d.        Medikamentosa
1)        Oksitosin
2)        Ergometrin
3)        Prokain 1%
e.         Larutan antiseptic (providon lodin 10 %)
f.         Oksigen dengan regulator.
g.        Instrument
1)        Set partus : 1 set
2)        Vakum ekstraktor : 1 set. klem ovum : 2
3)        Cunam tampon : 1
4)        Tabung 5 ml dan jarum suntik No. 23 ( sekali pakain) : 2
5)        Speculum sim’s atau L dan kateter karet : 2 dan 1
2.        Penolong ( operator dan asisten)
a.         Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung : 3 set.
b.        Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang.
c.         Alas kaki (sepatu/”boot” plastik) : 3 pasang.
d.        Instrument
1)        Lampu sorot : 1
2)        Monoaural stetoskop, tensimeter : 1
3.        Bayi
a.         Instrument
1)        Penghisap lendir dan sudep/penekan lidah : 1 set.
2)        Kain penyeka muka dan badan : 2.
3)        Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan) : 1.
4)        Incubator : 1 set.
5)        Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set.
6)        Tabung 20 ml dan jarum suntik No. 23 /insulin (sekali pakai) : 2.
7)        Kateter intravena atau jarum kupu-kupu : 2.
8)        Popok dan selimut : 1.
9)        Alat resusitasi bayi.
b.        Medikamentosa
1)        Larutan bikarbonas natrikus 7,5% atau 8,4%.
2)        Nalokson (narkan) 0,01 mg/kg BB.
3)        Epinefrin 0,01%.
4)        Antibiotika.
5)        Akuabidestilata dan dekstrose 10%.
c.         Oksigen dengan regulator.
C.       PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
D.       TINDAKAN
1.        Instruksikan asisten untuk menyiapkan ekstraktor vakum dan pastikan petugas dan persiapan untuk menolong bayi telah tersedia.
2.        Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan ekstraksi vakum.
a.         Bila penurunan kepala di atas H IV (0/5), rujuk pasien kerumah sakit.
3.        Masukan tangan kedalam wadah yang mengandung larutan clorin 0,5%, bersihkan darah dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan, lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
4.        Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru.

E.       PEMASANGAN MANGKOK VAKUM
1.        Masukan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan setelah melewati introitus, pasangkan pada kepala bayi (perhatikan agar tepi mangkok tidak terpasang pada bagian yang tidak rata/moulage didaerah ubun-ubun kecil)
2.        Dengan jari tengah dan telunjuk, tahan mangkok pada posisinya dan dengan jari tengah dan telunjuk tangan lain, lakukan pemeriksaan disekeliling tepi mangkok untuk memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit diantara mangkok dan kepala.
3.        Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tangan pemeriksaan dan tangan penahan mangkok tetap pada posisinya.
4.        Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat vakum dalam mangkok) secara bertahap.
5.        Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (malmstroom) setelah 2 menit, naikan hingga skala 60 (silastik) dan -6 (malmstroom) dan tunggu 2 menit.
·           Ingat : jangan gunakan tekanan maksimal pada kepala bayi, lebih dari  8 menit
6.        Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase acme) pasien harus mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut dengan  lipat siku agar tekanan badomen menjadi lebh efektif.

F.        PENARIKAN
1.        Pada fase acme (puncak) dari his, minta pasien untuk mengedan, secara simultan lakukan penarikan dan pengait mangkuk, dengan arah sejajar lantai (tangan luar menarik pengait, ibu jari dan tangan dalam pada mangkuk, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi).
2.        Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua. Episiotomi (pada pasien dengan perineum yang kaku) dilakukan pada saat kepala mendorong perineum dan tidak masuk kembali.
a.         Bila tarikan ketiga dilakukan dengan benar dan bayi belum lahir, sebaiknya pasien dirujuk (ingat : penatalaksanaan rujukan).
b.        Apabila pada penarikan ternyata mangkuk terlepas hingga dua kali, kondisi ini juga mengharuskan pasien dirujuk.
3.        Saat suboksiput berada dibawah simfisis, arahkan tarikan keatas hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka dan dagu.

G.      MELAHIRKAN BAYI
1.        Kepala bayi dipegang biparietal, gerakan kebawah untuk melahirkan bahu depan kemudian gerakan keatas untuk melahirkan bahu belakang, kemudian lahirkan seluruh tubuh bayi.
2.        Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali pusat dan serahkan bayi pada petugas bagian anak

H.       LAHIRKAN PLASENTA
1.        Suntikan oxitocin, lakukan traksi terkendali, lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat dan mendorong uterus kearah dorsokranial.
2.        Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terdapat bagian-bagian yang lepas atau tidak lengkap).
3.        Masukan plasenta kedalam tempatnya (hindari percikan darah).

I.          EKSPLORASI JALAN LAHIR
1.        Masukan speculum sim’s/L atas dan bawah pada vagina.
2.        Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomy atau robekan pada dinding vagina ditempat lain.
3.        Ambil klemovum sebanyak 2 buah, lakukan penjepitan secara bergantian kearah samping, searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan porsio.
4.        Bila terjadi robekan diluar luka episiotomi, lakukan penjahitan dan lanjutkan kelangkah K.
·           Bila dilakukan episiotomi, lanjutkan kelangkah J

J.         PENJAHITAN EPISIOTOMI
1.        Pasang penpang bokong (beri alas kain). Suntikan prokain 1% (yang  telah disiapkan dalam tabung suntik) pada sisi dalam luka episiotomi (otot, jaringan, mukosa dan subkutis) bagian atas dan bawah.
2.        Uji hasil infiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang dianestesi dengan pinset bergigi.
3.        Masukan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan kain penutup perut bawah dengan kocher.
4.        Dimulai dari ujung luka episiotomi bagian dalam, jahit otot dan mukosa secara jelujur bersimpul kearah luar kemudian tautkan kembali kulit secara subkutikuler atau jelujur matras.
5.        Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga tampon dapat dikeluarkan, kemudian kosongkan kandung kemih.
6.        Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas yang telah diberi larutan antiseptic.
7.        Pasang kasa yang dibasahi dengan providon lodin pada tempat jahitan episiotomi.

K.      DEKONTAMINASI

L.       CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN


M.     PERAWATAN PASCA TINDAKAN
1.        Periksa kembali tanda vital pasien, lakukan tindakan dan beri instruksi lanjut bila diperlukan.
2.        Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan pada kolom yang tersedia dalam status pasien.
3.        Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan instruksi pengobatan dan perawatan serta laporkan segara bila pada pemantauan lanjutan terjadi perubahan-perubahan yang harus diwaspadai.


1.       
BAB III
TINJAUAN KASUS

No. Register   :
000593515
Tanggal          :
04 Juni 2016
Tempat           :
Ruang Mawar
Jam                 :
21.00 WIB




IDENTITAS

KLIEN

SUAMI/PENANGGUNG JAWAB
Nama              :
Ny N
Nama              :
Tn. R
Umur              :
25 tahun
Umur              :
25 tahun
Agama            :
Islam
Agama            :
Islam
Pendidikan      :
SMP
Pendidikan     :
SMP
Pekerjaan        :
IRT
Pekerjaan       :
Buruh
Status              :
Menikah
Status             :
Menikah
Suku Bangsa   :
Jawa, Indonesia
Suku Bangsa  :
Jawa, Indonesia
Alamat            :
Bulu 3/2 Jepara
Alamat           :
Bulu 3/2 Jepara

I.              PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
1.         Keluhan utama dan alasan datang
Ibu mengatakan kenceng-kenceng serta keluar lendir dari vagina jam 11.00 WIB.
2.         Riwayat kesehatan
a.         Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, DM (Diabetes Melitus), malaria,ataupun HIV/AIDS.
b.        Riwayat kesehatan saat ini
Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit jantung,hipertensi, DM (Diabetes Melitus), malaria, maupun HIV/AIDS.


c.         Riwayat kesehatan keluarga
Ibumengatakan keluarga  tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit keturunan seperti DM maupun hipertensi, dan tidak memiliki riwayat kembar maupun cacat.
3.         Riwayat perkawinan
Menikah pada usia   : 23 tahun
Menikah                   : 1 kali
Lama menikah          : 2 tahun
4.         Riwayat obstetric
a.         Riwayat menstruasi
Menarche          : 13 tahun
Siklus                : 28 hari
Lamanya           : 7 hari
Jumlah               : 3 kali ganti pembalut
Warna darah      : merah
Keluhan             : dismenorhea
b.        Riwayat kehamilan sekarang
G1P0A0
HPHT                : 20 Agustus 2015
HPL                  : 27 Mei 2016
Umur kehamilan menurut klien     : 9 bulan lebih
ANC                 : 12 kali
Dimana              : Bidan
Tablet Fe           : > 90 tablet
Imunisasi TT     : 2 kali
Kebiasaan ibu
Merokok            : tidak
Jamu                  : tidak
Obat-obatan      : tidak
Gerakan janin 1 kali        : Pada umur kehamilan 4 bulan
Kekhawatiran yang dirasakan       : Ibu gelisah dengan persalinannya.
Rencana persalinan dimana           : rumah sakit
c.         Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu: -
5.         Riwayat KB
Pernah KB                                  : tidak pernah
Rencana KB yang akan datang  : suntik 3 bulan
6.         Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
Kebutuhan Sehari –Hari
Selama Hamil
Mendekati Persalinan
Pola Nutrisi
Makan : 3x sehari
Minum : 5-6 gelas sehari
Makan : 3x
Minum : 2-3 gelas
Pola Eliminasi
BAB : 1x sehari
BAK : 5-6x sehari
BAB : -
BAK : 5 sehari
Pola Istirahat
Tidur malam : 6 jam
Tidur siang : 2 jam
Tidur malam : 4 jam
Tidur siang :30 menit disela-sela kontraksi
Pola Aktivitas
Bersih-bersih, memasak
Berbaring
Personal Hygiene
Mandi : 2-3 x sehari
Ganti pakaian : 2-3 x sehari
Mandi : -
Ganti pakaian : 1x
Pola Seksual
1 x 2 minggu
Belum pernah
7.         Psikososio –spiritual
a.         Tanggapan ibu terhadap dirinya secara fisik
Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan tubuhnya.
b.        Tanggapan ibu terhadap persalinannya
Ibu mengatakan gelisah dengan persalinannya.
c.         Respon keluarga terhadap persalinan ibu
Ibu mengatakan keluarga bahagia dengan persalinannnya.


d.        Dukungan apa yang di berikan kepada ibu
Ibu mengatakan keluarga selalu mendampingi ibu dan telah mempersiapkan perlengkapan bayi.
e.         Siapa yang membantu pekerjaan/aktivitas sehari –hari ibu
Ibu mengatakan keluarga membantu aktivitas ibu selama bersalin.
f.         Pengambilan keputusan dalam keluarga,siapa yang lebih dominan
Ibu mengatakan suami sebagai pengambil keputusan dominan.
g.        Pemecahan masalah
Ibu mengatakan musyawarah adalah jalan keluar dalam memecahkan permasalahan yang ada dalam keluarganya.
h.        Punya hewan peliharaan : Tidak

DATA OBYEKTIF
1.         Pemeriksaan umum
Keadaan umum        : Baik
Tingkat kesadaran    : Compos mentis
TTV                         
TD                       : 120/80 mmHg
N                         : 84 x/rmenit
S                          : 360C
RR                       : 24 x/menit
BB sebelum hamil    : 65 kg
BB saat ini               : 86 kg
TB                            : 156 cm
LILA                        : 29,5 cm
2.         Status present
Kepala
Rambut                : Lurus, bersih dan tidak ada ketombe.
Mata                     : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung                : Bersih, tidak ada polip
Mulut                  : Bibir tidak kering, gigi tidak caries, rongga mulut bersih
Telinga                 : Simetris, ada serumen, pendengaran baik.
Muka                   : Tidak ada oedema, pucat.
Leher                        : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Dada                        : Simetris, tidak ada benjolan.
Mammae                  : Simetris, tidak ada benjolan.
Perut                         : Tidak ada bekas operasi, tidak ada benjolan.
Ekstermitas Atas & Bawah : Simetris, tidak oedema, tidak varises.
Genetalia                  : Ada lendir darah.
Anus                         : Tidak Haemoroid.
Tulang Belakang      : Normal
3.         Status obstetric
a.         Inspeksi
Muka                  : Tidak ada cloasmagravidarum
Mammae
Aerola Mammae                : Hyperpigmentasi.
Kelenjar Montogomery     : Terlihat
Putting Susu                      : Menonjol
Colustrum                          : Belum Keluar.
Perut
Pembesaran perut        : Sesuai umur kehamilan, linea nigra.
Genetalia                        : Ada lendir, tidak ada tanda chadwick.
b.        Palpasi
Leopold  I          : TFU  2 jari dibawah px         Mc Donald : 41 cm
Di bagian fundus uteri teraba bulat, lunak, tidak melenting.
Leopold II         : di bagian kiri teraba tahanan memanjang.
                           : di bagian kanan teraba kecil-kecil/ekstermitas.
Leopold III        : di bagian bawah teraba bulat, keras, melenting.
Leopold IV        : Divergen.
TBJ                    : (TFU- 11) x 155
(41 – 11) x155
= 4650 gram
c.         Auskultasi
DJJ         : 140 x/menit.
d.        Perkusi
Reflek patella kanan dan kiri     : +/+
e.         Vaginal Thoucer (VT)
Pembukaan        : 3 cm
Effisement         : 30 %
Kk                      : +
Presentasi           : Kepala
Penurunan          : H 1, 4/5
4.         Data penunjang
Hasil pemeriksaan laborat  :
HB                  : 12 gr %
HBsAG          : - (negatif)
Protein urin     : - (negatif)

II.              INTERPRESTASI DATA DASAR
Diagnosa  : Ny. N umur 25 tahun G1P0A0 umur kehamilan 41 minggu. Janin tunggal, hidup, intrauterine, letak membujur, presentasi belakang kepala, punggung kiri, divergen. Inpartu kala I fase laten.

III.              IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Diagnosa  : Ny. N umur 25 tahun G1P0A0 umur kehamilan 41 minggu.Janin tunggal, hidup intrauterine, letak membujur, presentasi belakang kepala, punggung kiri, divergen. Inpartu kala I fase laten.
Masalah Potensial : Ny. N umur 25 tahun G1P0A0 umur kehamilan 41 minggu dengan kehamilan serontinus dapat menyebabkan kesejahteraan janin berkurang. Janin akan kekurangan nutrisi dan oksigen karena plasenta yang tidak berfungsi.

IV.              IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN TINDAKAN SEGERA
Ny. N umur 25 tahun G1P0A0 umur kehamilan 41 minggu dengan Serotinus :
1.      Dilakukan pemantauan keadaan ibu dan janin.

V.              PERENCANAAN ASUHAN MENYELURUH 
Tanggal :  04 Juni 2016                            Jam : 21.30 WIB
1.      Memantaukeadaan ibu dan janin
2.      Menyarankan ibu bernapas panjang saat kontraksi
3.      Menyarankan ibu untuk tidak mengejan
4.      Menyarankan ibu untuk berjalan-jalan jika masih kuat
5.      Memberikan asupan nutrisi dan cairan
6.      Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan
7.      Mengisi partograf

VI.              PELAKSANAAN ASUHAN
Tanggal :  04 Juni 2016                            Jam : 21.35 WIB
1.      Memantau keadaan ibu dan janin
Observasi DJJ setiap 30 menit
Observasi his setiap 30 menit
Observasi tanda-tanda vital setiap 30 menit
Observasi kemajuan persalinan setiap 4 jam
2.      Menyarankan ibu bernapas panjang saat kontraksi. Untuk mengurangi rasa sakit.
3.      Menyarankan ibu untuk tidak mengejan. Agar tidak terjadi pembengkakan pada jalan lahir ibu.
4.      Menyarankan ibu untuk berjalan-jalan jika masih kuat. Untuk membantu penambahan pembukaan.
5.      Memberikan asupan nutrisi dan cairan. Sebagai sumber tenaga untuk meneran ketika pembukaan sudah lengkap.
6.      Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan bahwa pembukaan sudah 3 cm, ibu tidak meneran dulu, menunggu pembukaan lengkap.
7.      Mengisi partograf

VII.              EVALUASI
Tanggal : 04 Juni 2016                                         Jam : 22.00 WIB
1.      Telah dilakukan pemantauan keadaan ibu dan janin.
DJJ         : 140 x/menit
His          : Frekuensi      : 2x dalam 10 menit
               Lamanya         : 15 detik
TTV        : TD                 : 120/80 mmHg
               N                     : 84 x/menit
               S                      : 360C
               RR                  : 24 x/menit
Vaginal Thoucer (VT)
Pembukaan        : 3 cm
Effisement         : 30 %
Kk                      : +
Presentasi           : Kepala
Penurunan        : H 1, 4/5
2.      Telah disarankan pada ibu untuk bernapas panjang saat kontraksi. Dan ibu melakukannya.
3.      Telah disarankan ibu untuk tidak mengejan. Dan ibu terus mengejan.
4.      Telah disarankan ibu untuk berjalan-jalan jika masih kuat. Dan ibu tidak melakukannya, ibu tetap berbaring.
5.      Telah diberikan asupan nutrisi dan cairan. Dan ibu hanya makan dan minum dengan porsi sedikit.
6.      Telah diberikan informasi tentang kemajuan persalinan bahwa pembukaan sudah 3 cm, ibu tidak meneran dulu, menunggu pembukaan lengkap. Dan ibu paham.
7.      Telah dilakukan pengisian partograf


Assasment
Planning
Implementasi
Evaluasi
Tanggal: 05 Juni 2016
Jam: 05.00 WIB

Ds : Ibu mengatakan ada cairan yang keluar
Do : Ketuban pecah
G1P0A0 umur kehamilan 41 minggu kala I

Memantau keadaan ibu dan janin
Memantau keadaan ibu dan janin
a.     Observasi TTV tiap 30 menit
b.    Observasi kemajuan persalinan setiap 4 jam
c.     Observasi DJJ setiap 30 menit
d.    Observasi DJJ setiap 30 menit.

Telah dilakukan pemantauan keadaan ibu dan janin. Hasilnya
TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 24x permenit
S : 360C
Pembukaan: 7 cm
Effisement: 70 %
KK: -
Presentasi : Kepala
Penurunan: H 1, 4/5
HIS:
Frekuensi : 3x dalam 10 menit
Lamanya : 35 detik
DJJ: 140 x/menit
Tanggal: 05 Juni 2016
Jam: 06.00 WIB

Ds : ibu mengatakan ingin mengejan    
Do: pembukaan 10 cm                    : Pemeriksaan dalam 10 cm
G1P0A0 umur kehamilan 41 minggu kala II
Memantau keadaan ibu dan janin

Memantau keadaan ibu dan janin
a.    Observasi TTV tiap 30 menit
b.    Observasi kemajuan persalinan setiap 4 jam
c.    Observasi DJJ setiap 30 menit
d.    Observasi DJJ setiap 30 menit.

Telah dilakukan pemantauan keadaan ibu dan janin.
TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 24x permenit
S : 360C
Pembukaan : 10 cm.
Effisement : 100%
KK : -
Presentasi : Kepala
HIS:
Frekuensi : 5x dalam 10 menit
Lamanya : 45 detik
DJJ : 140 x / menit
Penurunan : H IV, 0/5
Tanggal: 05 Juni 2016
Jam: 06.30 WIB

Ds: ibu merasa ingin BAB
Do: pembukaan 10 cm
G1P0A0 umur kehamilan 41 minggu kala II
Dilakukan pimpinan meneran
Dilakukan pimpinan meneran

- Telah dilakukan pimpinan meneran dan tidak ada kemajuan selama setengah jam.
- Laporan dengan dokter SPOG.
- Menyiapkan alat vakum ekstraksi.





Tanggal: 05 Juni 2016                                     Jam: 06.30 WIB
Ds                   : Ibu mengatakan lelah
Do                   : Ibu tidak mampu mengejan
Assasment       : G1P0A0 umur kehamilan 41 minggu kala II dengan power lemah
Planning          : memimpin persalinan dengan vakum ekstraksi
Implementasi  : memimpin persalinan dengan vakum ekstraksi
1.        Ibu meneran, bidan yang satu mendorong perut ibu untuk membantu pengeluaran kepala janin
2.        Masukkan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan pasang pada kepala bayi dengan titik tengah mangkok pada sutura sagitalis + 1 cm anterior dari ubun-ubun kecil dan menjauhi ubun-ubun besar.
3.        Penempatan mangkok pada daerah ini dapat membantu mempertahankan fleksi kepala
4.        Nilai apakah diperlukan episiotomi. Jika episiotomi tidak diperlukan pada saat pemasangan mangkok, mungkin diperlukan pada saat perineum meregang, ketika kepala akan lahir.
5.        Pastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit.
6.        Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) ataunegatif - 0,2 kg/cm2 (Malmstrom), dan periksaaplikasi mangkok (minta asisten menurunkan tekanan secara bertahap).
7.        Setelah 2 menit naikkan hingga skala 60 (silastik) atau negatif - 0,6 kg/cm2 (Malmstrom), periksaaplikasi mangkok, tunggu 2 menit lagi.
8.        Periksa adakah jaringan vagina yang terjepit. Jika ada, turunkan tekanan dan lepaskan jaringan yang terjepit tersebut.
9.        Setelah mencapai tekanan negatif yang maksimal, lakukan traksi searah dengan  sumbu panggul dan tegak lurus pada mangkok.
10.    Tarikan dilakukan pada puncak his dengan mengikuti sumbu jalan lahir. Pada saat penarikan (pada puncak his) minta pasien meneran. Posisi tangan: tangan luar menarik pengait
11.    Ibu jari tangan dalam pada mangkok, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi
12.    Tarikan bisa diulangi sampai 3 kali saja.
13.    Lakukan pemeriksaan di antara kontraksi:
Denyut jantung janin,
Aplikasi mangkok.
14.    Saat suboksiput sudah berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka, dan dagu. Segera lepaskan mangkok vakum dengan menghilangkan tekanan negatif.
15.    Selanjutnya kelahiran bayi dan plasenta dilakukanseperti pertolongan persalinan normal.
16.    Eksplorasi jalan lahir dengan menggunakan spekulum Sims atas dan bawah untuk melihatapakah ada robekan pada dinding vagina atau perluasan luka episiotomi.
Evaluasi          : telah dilakukan persalinan dengan vakum ekstraksi. Bayi lahir dengan jenis kelamin perempuan.
                        BB         : 2900 gram
                        PB         : 49 cm
                        LK/LD  : 33cm / 32 cm
                        AS         : 8 – 9 – 10


BAB IV
PELAKSANAAN ASUHAN

Pasien datang pada tanggal 04 Juni 2016 dengan keluhan kenceng-kenceng dan telah mengeluarkan lendir pukul 11.00 WIB. Pasien dilakukan pengkajian pada tanggal 04 Juni 2016 pukul 21.00 WIB. Dengan keluhan pasien tersebut, dilakukan pemantauan keadaan ibu dan janin. Diketahui pembukaan baru 3 cm dengan keadaan ketuban masih utuh. Dan DJJ 140 x/menit.
Asuhan yang diberikan pada persalinan vakum ekstraksi:
Asuhan kala 1 fase laten:
1.        Menyarankan ibu bernapas panjang saat kontraksi untuk mengurangi rasa sakit selama kontraksi.
2.        Menyarankan ibu untuk tidak mengejan untuk mengurangi terjadinya pembengkakan pada jalan lahir.
3.        Menyarankan ibu untuk berjalan-jalan jika masih kuat untuk menambah pembukaan.
4.        Memberikan asupan nutrisi dan cairan untuk menambah tenaga ibu ketika meneran.
Asuhan kala 1 fase aktif:
Pemantauan keadaan ibu dan janin.
1.        Observasi DJJ setiap 30 menit
2.        Observasi his setiap 30 menit
3.        Observasi tanda-tanda vital setiap 30 menit
4.        Observasi kemajuan persalinan setiap 4 jam
Asuhan kala II: Pengeluaran janin yang aman.
Asuhan kala III: Pengeluaran plasenta dengan lengkap.
Asuhan kala IV: Pemantauan 2 jam setelah kelahiran bayi


BAB V
PEMBAHASAN

Pada kasus Ny. N umur 25 tahun dengan umur kehamilan 41 minggu merupakan kehamilan serontinus yang harus segera diakhiri.Karena dikhawatirkan dapat mengganggu kesejahteraan janin, dimana plasenta tidak adapat berfungsi dalam pemenuhan kebutuhan janin seperti oksigen dan nutrisi. Jika kehamilan dilanjutkan, dikhawatirkan akan mengalami gawat janin (kematian).
Ny. N telah melakukan persalinan normal tanpa bantuan. Tapi, karena ketidakmampuannya mengejan dan kelelahan akhirnya dilakukan ekstraksi vakum sesuai advis dokter. Dengan demikian, alasan dilakukan vakum ekstraksi pada Ny. N karena ibu tidak kuat mengejan. Hal ini sesuai teori indikasi dilakukan vakum ekstraksi.
Perbedaan teori dan lahan:
1.        Pada teori, waktu persalinan kala II (pengeluaran janin) adalah 2 jam. Setelah 2 jam janin tidak segera keluar baru dilakukan tindakan. Sedangkan di lahan, persalinan baru dilakukan ½ jam, sudah dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk pengeluaran janin.
2.        Pada teori persalinan, bidan tidak diperbolehkan mendorong perut ibu untuk membantu pengeluaran kepala janin. Dilahan, sering dilakukan dorongan pada perut ibu untuk pengeluaran kepala janin.


BAB VI
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Vakum ekstraktor adalah alat yang menggunakan daya hampa udara (tekanan negatif) untuk melahirkan bayi dengan tarikan pada kepala. Prinsip dari cara ini adalah mengadakan suatu vakum (tekanan negatif) melalui suatu cup pada kepala bayi, dengan demikian akan timbul caput secara artificiil dan cup akan melekat erat pada kepala bayi. Penurunan tekanan harus diatur perlahan-lahan untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul caput succedaneum. Jadi, prinsip kerja vakum ekstraksi yaitu membuat suatu caput succedaneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum. Dan caput ini akan hilang dalam beberapa hari.

B.       Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini, bidan mampu melakukan tindakan vakum ekstraki sesuai prosedur. Sehingga dapat menurunkan AKI maupun AKB, serta meminimalkan trauma pada ibu dan bayi.


DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawirohardjo. 2009. Buku Acuan Nasional Maternal & Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal Edisi 1 Cetakan 13. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2014.
Harry Oxorn & William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika.
S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar