MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PADA NY.
N
UMUR 25 TAHUN G1P0A0
UMUR KEHAMILAN 41 MINGGU
DENGAN PERSALINAN VAKUM EKSTRAKSI
DI
RUANG MAWAR RSUD
RA. KARTINI JEPARA
Disusun
oleh:
1.
Asti
Apriani (140001)
2.
Desi
Nurianti (140002)
3.
Diyah
Ayu N H (140003)
AKADEMI KEBIDANAN DUTA DHARMA
T. A 2015/2016
HALAMAN
PERSETUJUAN
Laporan makalah Asuhan Kebidanan Patologi Pada Ny. N Umur 25 Tahun G1P0A0
Umur Kehamilan 41 Minggu Dengan Persalinan Vakum Ekstraksi Di Ruang Mawar RSUD
RA. Kartini Jepara,
telah disetujui untuk diseminarkan. Berdasarkan hasil bimbingan oleh dosen
sejak tanggal 07 Juni 2016.
Pembimbing Lahan
Zulita Amd.Keb
NIP.19810401 200801 2014
|
Disetujui :
Pada tanggal Juni 2016
Pembimbing Akademik
Farida
Nur Khayati., S.SiT
NIK.19870505201011249
|
|
|
HALAMAN
PENGESAHAN
Laporan makalah Asuhan Kebidanan Patologi Pada Ny. N Umur 25 Tahun G1P0A0
Umur Kehamilan 41 Minggu Dengan Persalinan Vakum Ekstraksi Di Ruang Mawar RSUD RA. Kartini
Jepara telah
diseminarkan dan disahkan pada tanggal 22 Juni 2016.
Pembimbing Lahan
Zulita Amd.Keb
NIP.19810401 200801 2014
|
Disahkan :
Pada tanggal Juni 2016
Pembimbing Akademik
Farida
Nur Khayati., S.SiT
NIK.19870505201011249
|
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan “Asuhan Kebidanan Patologi Pada Ny.N
Umur 25 Tahun G1P0A0
Umur Kehamilan 41 Minggu Dengan Persalinan Vakum Ekstraksi Di Ruang Mawar RSUD RA. Kartini
Jepara” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun
guna memenuhi ujian praktek atau seminar patologi di rumah sakit. Dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Sumami, SKM, M.Kes selaku Direktur Akbid
Duta Dharma.
2.
Farida N.K, S.SiT selaku pembimbing
akademik.
3.
Zulita Amd.Keb selaku pembimbing lahan.
4.
Orang tua kami yang telah membantu
secara moril maupun materi.
Beserta teman-teman
yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.Semoga laporan asuhan kebidanan
patologi ini bermanfaat dalam pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu bagi
pembacanya.
Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan laporan ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasa, ataupun penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari pembimbing guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang
akan datang.
Jepara, Juni
2016
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN
PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN
PENGESAHAN ................................................................................. iii
KATA
PENGANTAR ............................................................................................. iv
DAFTAR
ISI ............................................................................................................ v
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan
....................................................................................................... 3
D. Manfaat
.................................................................................................... 3
BAB
II TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Ekstraksi Vakum.......................................................................... 4
B. Indikasi
Ekstraksi Vakum......................................................................... 5
C. Syarat
Ekstraksi Vakum............................................................................ 6
D. Kriteria
Kegagalan Vakum Ekstraksi........................................................ 6
E. KomplikasiVakum
Ekstraksi..................................................................... 7
F.
Keuntungan dan Kerugian Tindakan Vakum
Ekstraksi............................ 7
G. Pelaksaksanaan
Vakum Ekstraksi ............................................................. 8
BAB III TINJAUAN KASUS ...................................................................... ......... 14
BAB
IV PELAKSANAAN PERASAT ................................................................ 21
BAB
V PEMBAHASAN ...................................................................................... 26
BAB
VI PENUTUP ................................................................................................ 27
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................... 28
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia
2001-2010 disebut bahwa dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia
Sehat 2010, Making Pregnancy Safer
mempunyai misi dan visi untuk mencapai Indonesia sehat 2010. Visi Making Pregnancy Safer adalah semua
perempuan di Indosenia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan
bayi dilahirkan hidup sehat. Sedangkan misinya adalah menurunkan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir melalui pemantapan sistem kesehatan untuk
menjamin ASKES terhadap intervensi yang cost-effective
berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan
masyarakat dan mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari
sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan nasional. Dan tujuan Making Pregnancy Safer adalah menurunkan
kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia (Depkes RI, 2011).
Vakum esktraksi merupakan tindakan
untuk melahirkan bayi dengan ekstraksi menggunakan tekanan negatif dengan alat
vakum. Adanya beberapa faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan vakum
ekstraksi dilakukan yaitu ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung,
seksio sesarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, dan posisi janin oksiput
posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan
secara normal. Maka perlu tindakan vakum ekstraksi. Vakum ekstraksi dapat
mengakibatkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagina ibu sehingga
mengakibatkan perdarahan yang dapat meningkatkan angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB). Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin
yang dapat mengakibatkan pendarahan intracranial (Depkes RI, 2012).
Menurut data WHO, sebanyak 99%
kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran yang terjadi di
negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara bekembang
merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi
hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan
51 negara persemakmuran.
Dr. Ieke menegaskan bahwa 90%
kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh pendarahan (30%), infeksi (12%), eklampsia
(25%), partus lama (11%), komplikasi abortus (12%) dan penyebab lainnya (Depkes
RI, 2001). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan AKI dari 307 menjadi 390 per
100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012).
Persalinan yang didapat dari WHO
kejadian vakum ekstraksi berkisar antara 38% dan pervaginam berkisar 62% pada
presentase belakang kepala. Sekalipun kejadian kecil tetapi mempunyai penyulit
yang besar dengan angka kematian ibu 90% disebabkan oleh perdarahan yaitu
(Mochtar 1998) atonia uteri 50% - 60 %, retensio plasenta 16% -17 %, laserasi
jalan lahir 4% - 5%, kelainan darah 0,5% - 0,8%, infeksi, partus lama dan komplikasi
lain (Depkes RI, 2012).
Alasan pemilihan alat vakum
ekstraksi (alat bantu persalinan pervaginam) adalah untuk menghindari tingginya
angka operasi caesaryang sudah
membutuhkan biaya relatif lebih besar dan resiko dari tindakan operasi terhadap
ibu bila dibandingkan dengan tindakan vakum ekstraksi, selain itu komplikasi
yang terjadi pada partus buatan dengan vakum ekstraksi biasanya timbul akibat
terlalu lama dan terlalu kuatnya tarikan kadang juga operator sering
menemukan kendala dari pihak keluarga akibat sikap keluarga yang tidak siap
operasi dan meminta dokter untuk mencoba tetap lahir pervaginam.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana asuhan kebidanan yang diberikan pada persalinan patologis dengan
vakum ekstraksi?
C.
Tujuan
Mengetahui asuhan kebidanan yang diberikan pada
persalinan patologi dengan vakum ekstraksi.
D.
Manfaat
1.
Bagi Instansi
Sebagai
bahan referensi terkait pemberian asuhan kebidanan patologi pada persalinan dengan
vakum ekstraksi, serta perbedaan implementasi kasus berdasarkan teori atau
praktek.
2.
Bagi Institusi
Sebagai
bahan referensi bahan pustaka untuk menambah pengetahuan dan wawasan.
3.
Bagi Penulis
Penulis
dapat mengaplikasikan konsep, teori, dan ilmu yang telah diperoleh dalam
melaksanakan asuhan kebidanan kepada klien.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
Definisi
Vakum Ekstraksi
Vakum ekstraksiadalah
suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vacum) di kepalanya (Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 1. 2001: 331).Vakum
ekstraksiadalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi
pada bayi (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2009:
495.)
Vakum ekstraksi adalah
suatu tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat persalinan pada
keadaan tertentu dengan menggunakan vacum ekstraktor
(Standar Pelayanan Kebidanan: 60). Vaccum
is an operation for the delivery of the fetal head from the mother by use of a
vacuum extractor applied to the fetal scalp on presence of maternal effort (Hughes).Vakum ekstraksi adalah
suatu instrumen obstetrik untuk melahirkan bayi. Aplikasi ekstraktor vakum: outlet, rendah dan tengah
seperti pada ekstraksi forsep.
Vakum ekstraksi
adalah suatu persalinan buatan dengan prinsip antara kepala janin dan alat
penarik mengikuti gerakan alat vakum ekstraktor.
Vakum ekstraktor adalah alat yang menggunakan daya hampa udara (tekanan negatif) untuk melahirkan bayi dengan tarikan pada kepala (Sarwono Prawirohardjo.2014. Ilmu Kebidanan: 831). Prinsip dari cara ini adalah mengadakan suatu vakum (tekanan negatif) melalui suatu cup pada kepala bayi, dengan demikian akan timbul caput secara artificiil dan cup akan melekat erat pada kepala bayi. Penurunan tekanan harus diatur perlahan-lahan untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul caput succedaneum. Jadi, prinsip kerja vakum ekstraksi yaitu membuat suatu caput succedaneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum dan caput ini akan hilang dalam beberapa hari.
Vakum ekstraktor adalah alat yang menggunakan daya hampa udara (tekanan negatif) untuk melahirkan bayi dengan tarikan pada kepala (Sarwono Prawirohardjo.2014. Ilmu Kebidanan: 831). Prinsip dari cara ini adalah mengadakan suatu vakum (tekanan negatif) melalui suatu cup pada kepala bayi, dengan demikian akan timbul caput secara artificiil dan cup akan melekat erat pada kepala bayi. Penurunan tekanan harus diatur perlahan-lahan untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul caput succedaneum. Jadi, prinsip kerja vakum ekstraksi yaitu membuat suatu caput succedaneum artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada kulit kepala janin melalui alat ekstraktor vakum dan caput ini akan hilang dalam beberapa hari.
B. Indikasi dan Kontraindikasi Vakum Ekstraksi
1.
Indikasi Ibu
a.
Power Ibu Menurun
Tanda: frekuensi his semakin menurun, nadi ibu cepat > 100
x/mnt, napas cepat > 40x/mnt
b.
Decom Tingkat I
Tanda: sesak napas yang dialami ibu setelah ibu mengejan.
Tanda: sesak napas yang dialami ibu setelah ibu mengejan.
c.
Tekanan Darah Naik
Tanda: ibu pusing, ada kenaikan tekanan sistole dan diastole
Tanda: ibu pusing, ada kenaikan tekanan sistole dan diastole
d.
Tidak Kuat Mengejan
Penurunan kepala janin statis, saat ibu mengejan dua kali kepala
tidak mengalami penurunan.
e.
Adanya Kenaikan Suhu
Suhu naik lebih dari normal, > 37,5
Suhu naik lebih dari normal, > 37,5
2.
Indikasi Janin
a.
Gawat Janin
DJJ janin 160x/mnt
DJJ janin 160x/mnt
3.
Indikasi Waktu
a.
Kala II Memanjang
Tanda: pada primi peralinan kala II >
2 jam, pada multi > 1 jam
4.
Kontraindikasi Vakum Ektraksi
Ibu: ibu yang menderita rupture uteri
membakat, ibu yang tidak boleh
mengejan (ibu dengan penyakit jantung, asma, hipertensi).
mengejan (ibu dengan penyakit jantung, asma, hipertensi).
Janin : Mal presentasi kepala janin
(dahi, muka, bokong, puncak kepala), bayi prematur, gawat janin, caput
succedaneum yang sudah besar.
(Ilmu Kebidanan: Patologi &
Fisiologi Persalinan, 2010).
C. Syarat Vakum Ekstraksi
Syarat-syarat dilakukan vakum ekstraksi
1.
Pembukaan lengkap atau hampir lengkap.
2.
Presentasi kepala.
3.
Janin cukup bulan (tidak prematur).
4.
Tidak ada kesempitan panggul (disproporsi sefalo
pelvik).
5.
Anak hidup dan tidak gawat janin.
6.
Penurunan H III/III + (puskesmas H IV/dasar panggul).
7.
Kontraksi baik.
8.
Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengejan.
9.
Ketuban sudah pecah atau dipecahkan.
Yang harus diperhatikan dalam tindakan vakum
ekstraksi:
1.
Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar.
2.
Penurunan tekanan harus berangsur-angsur.
3.
Cup dengan tekanan negatif tidak boleh terpasang lebih
dari ½ jam.
4.
Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu
ada his dan ibu mengejan.
5.
Apabila kepala masih agak tinggi (H III) sebaiknya
dipasang cup terbesar (diameter 7 cm)
6.
Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
7.
Vakum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi
prematur
D. Kriteria Kegagalan Vakum Ekstraksi
1.
Kriteria kegagalan
a.
Dalam 30 menit traksi tidak berhasil
b.
Mangkuk terlepas 3x
2.
Penyebab kegagalan
a.
Tenaga vakum terlalu rendah, tekanan negatif
dibuat terlalu cepat.
b.
Selaput ketuban melekat, bagian jalan lahir
terjepit, koordinasi tangan kurang baik, traksi terlalu kuat, cacat otot yang
sebelumnya tidak diketahui.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal & Neonatal Edisi 1 Cetakan 13, 2014).
E. Komplikasi
Menurut
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal Edisi 1
Cetakan 13, 2014. Komplikasi yang akan terjadi pada vakum ekstraksi:
1.
Ibu : perdarahan akibat atonia uteri / trauma, trauma
jalan lahir.
2.
Bayi : ekstraksi kulit kepala, sefal hematoma,
nekrosis kulit kepala, perdarahan intracranial, fraktur klavikula.
F. Keuntungan dan Kerugian Tindakan Vakum
Ekstraksi
Keuntungan tindakan vakum ekstraksi:
1.
Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H
III atau kurang dari demikian mengurangi frekuensi SC. Tidak perlu diketahui
posisi kepala dengan tepat, cup dapat di pasang di belakang kepala, samping
kepala ataupun dahi, tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala
tidak dapat dipaksakan melalui jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup
akan lepas dengan sendirinya.
2.
Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap,
misalnya pada pembukaan 8-9 cm, untuk mempercepat pembukaan.
Untuk ini dilakukan
tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada cervik. Tarikan tidak
boleh terlalu kuat untuk mencegah robekan cervik. Di samping itu cup tidak
boleh terpasang lebih dari ½ jam untuk menghindari kemungkinan timbulnya
perdarahan pada otak.
3.
Vakum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar
kepala dan mengadakan fleksi kepala (misal pada letak dahi).
(Ilmu Kebidanan: Patologi &
Fisiologi Persalinan, 2010).
Kerugian tindakan vakum ekstraksi:
Kerugian dari tindakan
vakum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasangan cup sampai dapat ditarik
relatif lebih lama (kurang lebih 10 menit).Cara ini tidak dapat dipakai apabila
ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada fetal
distress (gawat janin) alatnya relatif lebih mahal dibanding dengan forcep
biasa (Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan, 2010).
G.
Pelaksanaan Vakum Ekstraksi
LANGKAH KLINIK
A.
PERSETUJUAN
TINDAKAN MEDIK
B.
PERSIAPAN
SEBELUM TINDAKAN
1.
Pasien
a.
Cairan dan selang infuse sudah
terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
b.
Uji fungsi dan perlengkapan peralatan
ekstraksi vakum.
c.
Siapkan alas bokong, sarung kaki dan
penutup perut bawah.
d.
Medikamentosa
1)
Oksitosin
2)
Ergometrin
3)
Prokain 1%
e.
Larutan antiseptic (providon lodin 10 %)
f.
Oksigen dengan regulator.
g.
Instrument
1)
Set partus : 1 set
2)
Vakum ekstraktor : 1 set. klem ovum : 2
3)
Cunam tampon : 1
4)
Tabung 5 ml dan jarum suntik No. 23 (
sekali pakain) : 2
5)
Speculum sim’s atau L dan kateter karet
: 2 dan 1
2.
Penolong ( operator dan asisten)
a.
Baju kamar tindakan, pelapis plastik,
masker dan kacamata pelindung : 3 set.
b.
Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang.
c.
Alas kaki (sepatu/”boot” plastik) : 3
pasang.
d.
Instrument
1)
Lampu sorot : 1
2)
Monoaural stetoskop, tensimeter : 1
3.
Bayi
a.
Instrument
1)
Penghisap lendir dan sudep/penekan lidah
: 1 set.
2)
Kain penyeka muka dan badan : 2.
3)
Meja bersih, kering dan hangat (untuk
tindakan) : 1.
4)
Incubator : 1 set.
5)
Pemotong dan pengikat tali pusat : 1
set.
6)
Tabung 20 ml dan jarum suntik No. 23
/insulin (sekali pakai) : 2.
7)
Kateter intravena atau jarum kupu-kupu :
2.
8)
Popok dan selimut : 1.
9)
Alat resusitasi bayi.
b.
Medikamentosa
1)
Larutan bikarbonas natrikus 7,5% atau
8,4%.
2)
Nalokson (narkan) 0,01 mg/kg BB.
3)
Epinefrin 0,01%.
4)
Antibiotika.
5)
Akuabidestilata dan dekstrose 10%.
c.
Oksigen dengan regulator.
C. PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
D. TINDAKAN
1.
Instruksikan asisten untuk menyiapkan
ekstraktor vakum dan pastikan petugas dan persiapan untuk menolong bayi telah
tersedia.
2.
Lakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan terpenuhinya persyaratan ekstraksi vakum.
a.
Bila penurunan kepala di atas H IV
(0/5), rujuk pasien kerumah sakit.
3.
Masukan tangan kedalam wadah yang
mengandung larutan clorin 0,5%, bersihkan darah dan cairan tubuh yang melekat
pada sarung tangan, lepaskan secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
4.
Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru.
E. PEMASANGAN MANGKOK VAKUM
1.
Masukan mangkok vakum melalui introitus
vagina secara miring dan setelah melewati introitus, pasangkan pada kepala bayi
(perhatikan agar tepi mangkok tidak terpasang pada bagian yang tidak rata/moulage didaerah ubun-ubun kecil)
2.
Dengan jari tengah dan telunjuk, tahan
mangkok pada posisinya dan dengan jari tengah dan telunjuk tangan lain, lakukan
pemeriksaan disekeliling tepi mangkok untuk memastikan tidak ada bagian vagina
atau porsio yang terjepit diantara mangkok dan kepala.
3.
Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik,
keluarkan jari tangan pemeriksaan dan tangan penahan mangkok tetap pada
posisinya.
4.
Instruksikan asisten untuk menurunkan
tekanan (membuat vakum dalam mangkok) secara bertahap.
5.
Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik)
atau -2 (malmstroom) setelah 2 menit, naikan hingga skala 60 (silastik) dan -6
(malmstroom) dan tunggu 2 menit.
·
Ingat : jangan gunakan tekanan maksimal
pada kepala bayi, lebih dari 8 menit
6.
Sambil menunggu his, jelaskan pada
pasien bahwa pada his puncak (fase acme) pasien harus mengedan sekuat dan
selama mungkin. Tarik lipat lutut dengan
lipat siku agar tekanan badomen menjadi lebh efektif.
F.
PENARIKAN
1.
Pada fase acme (puncak) dari his, minta
pasien untuk mengedan, secara simultan lakukan penarikan dan pengait mangkuk,
dengan arah sejajar lantai (tangan luar menarik pengait, ibu jari dan tangan
dalam pada mangkuk, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi).
2.
Bila belum berhasil pada tarikan
pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua. Episiotomi (pada pasien dengan
perineum yang kaku) dilakukan pada saat kepala mendorong perineum dan tidak
masuk kembali.
a.
Bila tarikan ketiga dilakukan dengan
benar dan bayi belum lahir, sebaiknya pasien dirujuk (ingat : penatalaksanaan
rujukan).
b.
Apabila pada penarikan ternyata mangkuk
terlepas hingga dua kali, kondisi ini juga mengharuskan pasien dirujuk.
3.
Saat suboksiput berada dibawah simfisis,
arahkan tarikan keatas hingga lahirlah berturut-turut dahi, muka dan dagu.
G. MELAHIRKAN BAYI
1.
Kepala bayi dipegang biparietal, gerakan
kebawah untuk melahirkan bahu depan kemudian gerakan keatas untuk melahirkan
bahu belakang, kemudian lahirkan seluruh tubuh bayi.
2.
Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi
dengan kain bersih, potong tali pusat dan serahkan bayi pada petugas bagian
anak
H. LAHIRKAN PLASENTA
1.
Suntikan oxitocin, lakukan traksi
terkendali, lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat dan mendorong uterus
kearah dorsokranial.
2.
Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan
bila terdapat bagian-bagian yang lepas atau tidak lengkap).
3.
Masukan plasenta kedalam tempatnya
(hindari percikan darah).
I.
EKSPLORASI
JALAN LAHIR
1.
Masukan speculum sim’s/L atas dan bawah
pada vagina.
2.
Perhatikan apakah terdapat robekan
perpanjangan luka episiotomy atau robekan pada dinding vagina ditempat lain.
3.
Ambil klemovum sebanyak 2 buah, lakukan
penjepitan secara bergantian kearah samping, searah jarum jam, perhatikan ada
tidaknya robekan porsio.
4.
Bila terjadi robekan diluar luka
episiotomi, lakukan penjahitan dan lanjutkan kelangkah K.
·
Bila dilakukan episiotomi, lanjutkan
kelangkah J
J.
PENJAHITAN
EPISIOTOMI
1.
Pasang penpang bokong (beri alas kain).
Suntikan prokain 1% (yang telah
disiapkan dalam tabung suntik) pada sisi dalam luka episiotomi (otot, jaringan,
mukosa dan subkutis) bagian atas dan bawah.
2.
Uji hasil infiltrasi dengan menjepit
kulit perineum yang dianestesi dengan pinset bergigi.
3.
Masukan tampon vagina kemudian jepit
tali pengikat tampon dan kain penutup perut bawah dengan kocher.
4.
Dimulai dari ujung luka episiotomi
bagian dalam, jahit otot dan mukosa secara jelujur bersimpul kearah luar
kemudian tautkan kembali kulit secara subkutikuler atau jelujur matras.
5.
Tarik tali pengikat tampon vagina secara
perlahan-lahan hingga tampon dapat dikeluarkan, kemudian kosongkan kandung
kemih.
6.
Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan
air ketuban dengan kapas yang telah diberi larutan antiseptic.
7.
Pasang kasa yang dibasahi dengan
providon lodin pada tempat jahitan episiotomi.
K. DEKONTAMINASI
L. CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
M. PERAWATAN PASCA TINDAKAN
1.
Periksa kembali tanda vital pasien,
lakukan tindakan dan beri instruksi lanjut bila diperlukan.
2.
Catat kondisi pasien pasca tindakan dan
buat laporan tindakan pada kolom yang tersedia dalam status pasien.
3.
Tegaskan pada petugas yang merawat untuk
melaksanakan instruksi pengobatan dan perawatan serta laporkan segara bila pada
pemantauan lanjutan terjadi perubahan-perubahan yang harus diwaspadai.
1.
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
No.
Register :
|
000593515
|
Tanggal
:
|
04 Juni 2016
|
Tempat :
|
Ruang Mawar
|
Jam
:
|
21.00 WIB
|
|
|
|
|
IDENTITAS
|
|
||
KLIEN
|
|
SUAMI/PENANGGUNG
JAWAB
|
|
Nama :
|
Ny N
|
Nama :
|
Tn. R
|
Umur :
|
25 tahun
|
Umur :
|
25 tahun
|
Agama :
|
Islam
|
Agama :
|
Islam
|
Pendidikan :
|
SMP
|
Pendidikan :
|
SMP
|
Pekerjaan :
|
IRT
|
Pekerjaan :
|
Buruh
|
Status :
|
Menikah
|
Status :
|
Menikah
|
Suku
Bangsa :
|
Jawa, Indonesia
|
Suku
Bangsa :
|
Jawa, Indonesia
|
Alamat :
|
Bulu 3/2 Jepara
|
Alamat :
|
Bulu 3/2 Jepara
|
I.
PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
1.
Keluhan utama dan alasan datang
Ibu mengatakan kenceng-kenceng
serta keluar lendir dari vagina jam 11.00 WIB.
2.
Riwayat kesehatan
a.
Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah
menderita penyakit jantung, hipertensi, DM (Diabetes Melitus), malaria,ataupun
HIV/AIDS.
b.
Riwayat kesehatan saat ini
Ibu mengatakan saat ini tidak sedang
menderita penyakit jantung,hipertensi, DM (Diabetes Melitus), malaria, maupun
HIV/AIDS.
c.
Riwayat kesehatan keluarga
Ibumengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular
seperti TBC, hepatitis, penyakit keturunan seperti DM maupun hipertensi, dan
tidak memiliki riwayat kembar maupun cacat.
3.
Riwayat perkawinan
Menikah pada
usia : 23 tahun
Menikah : 1 kali
Lama menikah : 2 tahun
4.
Riwayat obstetric
a.
Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Jumlah : 3 kali ganti pembalut
Warna darah : merah
Keluhan : dismenorhea
b.
Riwayat kehamilan sekarang
G1P0A0
HPHT : 20 Agustus 2015
HPL : 27 Mei 2016
Umur kehamilan
menurut klien : 9 bulan lebih
ANC : 12 kali
Dimana : Bidan
Tablet Fe : > 90 tablet
Imunisasi TT : 2 kali
Kebiasaan ibu
Merokok : tidak
Jamu : tidak
Obat-obatan : tidak
Gerakan janin 1
kali : Pada umur kehamilan 4 bulan
Kekhawatiran
yang dirasakan : Ibu gelisah dengan persalinannya.
Rencana
persalinan dimana : rumah sakit
c.
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas
yang lalu: -
5.
Riwayat KB
Pernah KB : tidak pernah
Rencana
KB yang akan datang : suntik 3 bulan
6.
Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
Kebutuhan
Sehari –Hari
|
Selama
Hamil
|
Mendekati
Persalinan
|
Pola
Nutrisi
|
Makan
: 3x sehari
Minum
: 5-6 gelas sehari
|
Makan
: 3x
Minum : 2-3 gelas
|
Pola
Eliminasi
|
BAB
: 1x sehari
BAK
: 5-6x sehari
|
BAB
: -
BAK
: 5 sehari
|
Pola
Istirahat
|
Tidur
malam : 6 jam
Tidur
siang : 2 jam
|
Tidur
malam : 4 jam
Tidur
siang :30 menit disela-sela kontraksi
|
Pola
Aktivitas
|
Bersih-bersih,
memasak
|
Berbaring
|
Personal
Hygiene
|
Mandi
: 2-3 x sehari
Ganti pakaian : 2-3 x
sehari
|
Mandi
: -
Ganti
pakaian : 1x
|
Pola
Seksual
|
1
x 2 minggu
|
Belum
pernah
|
7.
Psikososio –spiritual
a.
Tanggapan ibu terhadap dirinya secara
fisik
Ibu mengatakan khawatir dengan
keadaan tubuhnya.
b.
Tanggapan ibu terhadap persalinannya
Ibu mengatakan gelisah dengan
persalinannya.
c.
Respon keluarga terhadap persalinan ibu
Ibu mengatakan keluarga bahagia
dengan persalinannnya.
d.
Dukungan apa yang di berikan kepada ibu
Ibu mengatakan keluarga selalu mendampingi
ibu dan telah mempersiapkan perlengkapan bayi.
e.
Siapa yang membantu pekerjaan/aktivitas
sehari –hari ibu
Ibu mengatakan keluarga membantu
aktivitas ibu selama bersalin.
f.
Pengambilan keputusan dalam keluarga,siapa
yang lebih dominan
Ibu mengatakan suami sebagai pengambil
keputusan dominan.
g.
Pemecahan masalah
Ibu mengatakan musyawarah adalah
jalan keluar dalam memecahkan permasalahan yang ada dalam keluarganya.
h.
Punya hewan peliharaan : Tidak
DATA OBYEKTIF
1.
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Tingkat
kesadaran : Compos mentis
TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/rmenit
S : 360C
RR : 24 x/menit
BB sebelum hamil
: 65 kg
BB saat ini : 86 kg
TB : 156 cm
LILA : 29,5 cm
2.
Status present
Kepala
Rambut : Lurus, bersih dan tidak ada
ketombe.
Mata :
Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Hidung : Bersih, tidak ada polip
Mulut : Bibir tidak kering, gigi
tidak caries, rongga mulut bersih
Telinga : Simetris, ada serumen,
pendengaran baik.
Muka : Tidak ada oedema, pucat.
Leher : Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
Dada : Simetris, tidak ada
benjolan.
Mammae : Simetris, tidak ada benjolan.
Perut : Tidak ada bekas
operasi, tidak ada benjolan.
Ekstermitas Atas
& Bawah : Simetris, tidak oedema, tidak varises.
Genetalia : Ada lendir darah.
Anus : Tidak Haemoroid.
Tulang
Belakang : Normal
3.
Status obstetric
a.
Inspeksi
Muka : Tidak ada cloasmagravidarum
Mammae
Aerola Mammae : Hyperpigmentasi.
Kelenjar
Montogomery : Terlihat
Putting Susu : Menonjol
Colustrum : Belum Keluar.
Perut
Pembesaran perut : Sesuai umur kehamilan, linea nigra.
Genetalia : Ada lendir, tidak ada tanda chadwick.
b.
Palpasi
Leopold I :
TFU 2 jari dibawah px Mc Donald : 41 cm
Di bagian fundus
uteri teraba bulat, lunak, tidak melenting.
Leopold II : di bagian kiri teraba tahanan memanjang.
:
di bagian kanan teraba kecil-kecil/ekstermitas.
Leopold III : di bagian bawah teraba bulat, keras, melenting.
Leopold IV : Divergen.
TBJ :
(TFU- 11) x 155
(41 – 11) x155
= 4650 gram
c.
Auskultasi
DJJ :
140 x/menit.
d.
Perkusi
Reflek patella kanan dan kiri : +/+
e.
Vaginal Thoucer (VT)
Pembukaan : 3 cm
Effisement : 30 %
Kk :
+
Presentasi : Kepala
Penurunan : H 1, 4/5
4.
Data penunjang
Hasil
pemeriksaan laborat :
HB : 12 gr %
HBsAG : - (negatif)
Protein urin : - (negatif)
II.
INTERPRESTASI
DATA DASAR
Diagnosa : Ny. N umur 25 tahun G1P0A0 umur
kehamilan 41 minggu. Janin tunggal, hidup, intrauterine, letak membujur,
presentasi belakang kepala, punggung kiri, divergen. Inpartu kala I fase laten.
III.
IDENTIFIKASI
DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Diagnosa : Ny. N umur 25 tahun G1P0A0 umur
kehamilan 41 minggu.Janin tunggal, hidup intrauterine, letak membujur,
presentasi belakang kepala, punggung kiri, divergen. Inpartu kala I fase laten.
Masalah Potensial : Ny. N umur 25
tahun G1P0A0 umur kehamilan 41 minggu dengan
kehamilan serontinus dapat menyebabkan kesejahteraan janin berkurang. Janin
akan kekurangan nutrisi dan oksigen karena plasenta yang tidak berfungsi.
IV.
IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN TINDAKAN SEGERA
Ny. N umur 25 tahun G1P0A0
umur kehamilan 41 minggu dengan Serotinus :
1. Dilakukan
pemantauan keadaan ibu dan janin.
V.
PERENCANAAN
ASUHAN MENYELURUH
Tanggal : 04 Juni 2016 Jam
: 21.30 WIB
1. Memantaukeadaan
ibu dan janin
2. Menyarankan
ibu bernapas panjang saat kontraksi
3. Menyarankan
ibu untuk tidak mengejan
4. Menyarankan
ibu untuk berjalan-jalan jika masih kuat
5. Memberikan
asupan nutrisi dan cairan
6. Memberikan
informasi tentang kemajuan persalinan
7. Mengisi
partograf
VI.
PELAKSANAAN
ASUHAN
Tanggal : 04 Juni 2016 Jam
: 21.35 WIB
1. Memantau
keadaan ibu dan janin
Observasi DJJ setiap 30 menit
Observasi his setiap 30 menit
Observasi tanda-tanda vital setiap
30 menit
Observasi kemajuan persalinan
setiap 4 jam
2. Menyarankan
ibu bernapas panjang saat kontraksi. Untuk mengurangi rasa sakit.
3. Menyarankan
ibu untuk tidak mengejan. Agar tidak terjadi pembengkakan pada jalan lahir ibu.
4. Menyarankan
ibu untuk berjalan-jalan jika masih kuat. Untuk membantu penambahan pembukaan.
5. Memberikan
asupan nutrisi dan cairan. Sebagai sumber tenaga untuk meneran ketika pembukaan
sudah lengkap.
6. Memberikan
informasi tentang kemajuan persalinan bahwa pembukaan sudah 3 cm, ibu tidak
meneran dulu, menunggu pembukaan lengkap.
7. Mengisi
partograf
VII.
EVALUASI
Tanggal : 04 Juni 2016 Jam : 22.00
WIB
1. Telah
dilakukan pemantauan keadaan ibu dan janin.
DJJ : 140 x/menit
His : Frekuensi : 2x dalam 10 menit
Lamanya : 15 detik
TTV : TD :
120/80 mmHg
N :
84 x/menit
S :
360C
RR : 24 x/menit
Vaginal
Thoucer (VT)
Pembukaan : 3 cm
Effisement : 30 %
Kk :
+
Presentasi : Kepala
Penurunan : H 1, 4/5
2. Telah
disarankan pada ibu untuk bernapas panjang saat kontraksi. Dan ibu
melakukannya.
3. Telah
disarankan ibu untuk tidak mengejan. Dan ibu terus mengejan.
4. Telah
disarankan ibu untuk berjalan-jalan jika masih kuat. Dan ibu tidak
melakukannya, ibu tetap berbaring.
5. Telah
diberikan asupan nutrisi dan cairan. Dan ibu hanya makan dan minum dengan porsi
sedikit.
6. Telah
diberikan informasi tentang kemajuan persalinan bahwa pembukaan sudah 3 cm, ibu
tidak meneran dulu, menunggu pembukaan lengkap. Dan ibu paham.
7. Telah
dilakukan pengisian partograf
|
Assasment
|
Planning
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Tanggal:
05 Juni 2016
Jam:
05.00 WIB
Ds : Ibu mengatakan ada cairan yang
keluar
Do : Ketuban pecah
|
G1P0A0
umur kehamilan 41 minggu kala I
|
Memantau keadaan ibu
dan janin
|
Memantau keadaan ibu
dan janin
a. Observasi
TTV tiap 30 menit
b. Observasi
kemajuan persalinan setiap 4 jam
c. Observasi
DJJ setiap 30 menit
d. Observasi
DJJ setiap 30 menit.
|
Telah
dilakukan pemantauan keadaan ibu dan janin. Hasilnya
TTV
:
TD
: 120/80 mmHg
N
: 80 x/menit
RR
: 24x permenit
S
: 360C
Pembukaan:
7 cm
Effisement:
70 %
KK:
-
Presentasi
: Kepala
Penurunan:
H 1, 4/5
HIS:
Frekuensi
: 3x dalam 10 menit
Lamanya
: 35 detik
DJJ:
140 x/menit
|
Tanggal:
05 Juni 2016
Jam:
06.00 WIB
Ds : ibu mengatakan ingin mengejan
Do: pembukaan 10 cm : Pemeriksaan dalam 10 cm
|
G1P0A0
umur kehamilan 41 minggu kala II
|
Memantau keadaan ibu dan janin
|
Memantau keadaan ibu
dan janin
a. Observasi
TTV tiap 30 menit
b. Observasi
kemajuan persalinan setiap 4 jam
c. Observasi
DJJ setiap 30 menit
d. Observasi
DJJ setiap 30 menit.
|
Telah dilakukan pemantauan keadaan ibu
dan janin.
TTV
:
TD
: 120/80 mmHg
N
: 80 x/menit
RR
: 24x permenit
S
: 360C
Pembukaan : 10 cm.
Effisement : 100%
KK
: -
Presentasi
: Kepala
HIS:
Frekuensi
: 5x dalam 10 menit
Lamanya
: 45 detik
DJJ
: 140 x / menit
Penurunan : H IV, 0/5
|
Tanggal:
05 Juni 2016
Jam:
06.30 WIB
Ds:
ibu merasa ingin BAB
Do:
pembukaan 10 cm
|
G1P0A0
umur kehamilan 41 minggu kala II
|
Dilakukan pimpinan meneran
|
Dilakukan pimpinan meneran
|
- Telah dilakukan pimpinan meneran dan
tidak ada kemajuan selama setengah jam.
- Laporan dengan dokter SPOG.
- Menyiapkan alat vakum ekstraksi.
|
Tanggal: 05 Juni 2016 Jam: 06.30 WIB
Ds :
Ibu mengatakan lelah
Do :
Ibu tidak mampu mengejan
Assasment : G1P0A0 umur kehamilan 41
minggu kala II dengan power lemah
Planning :
memimpin persalinan dengan vakum ekstraksi
Implementasi : memimpin persalinan dengan vakum ekstraksi
1.
Ibu meneran, bidan yang satu mendorong
perut ibu untuk membantu pengeluaran kepala janin
2.
Masukkan
mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan pasang pada kepala bayi
dengan titik tengah mangkok pada sutura sagitalis + 1 cm anterior dari
ubun-ubun kecil dan menjauhi ubun-ubun besar.
3.
Penempatan
mangkok pada daerah ini dapat membantu mempertahankan fleksi kepala
4.
Nilai apakah
diperlukan episiotomi. Jika episiotomi tidak diperlukan pada saat pemasangan
mangkok, mungkin diperlukan pada saat perineum meregang, ketika kepala akan
lahir.
5.
Pastikan tidak
ada bagian vagina atau porsio yang terjepit.
6.
Pompa hingga
tekanan skala 10 (silastik) ataunegatif - 0,2 kg/cm2 (Malmstrom),
dan periksaaplikasi mangkok (minta asisten menurunkan tekanan secara bertahap).
7.
Setelah 2
menit naikkan hingga skala 60 (silastik) atau negatif - 0,6 kg/cm2 (Malmstrom),
periksaaplikasi mangkok, tunggu 2 menit lagi.
8.
Periksa adakah
jaringan vagina yang terjepit. Jika ada, turunkan tekanan dan lepaskan jaringan
yang terjepit tersebut.
9.
Setelah
mencapai tekanan negatif yang maksimal, lakukan traksi searah dengan sumbu panggul dan tegak lurus pada mangkok.
10.
Tarikan
dilakukan pada puncak his dengan mengikuti sumbu jalan lahir. Pada saat penarikan
(pada puncak his) minta pasien meneran. Posisi tangan: tangan luar menarik
pengait
11.
Ibu jari
tangan dalam pada mangkok, telunjuk dan jari tengah pada kulit kepala bayi
12. Tarikan bisa diulangi sampai 3 kali saja.
13.
Lakukan
pemeriksaan di antara kontraksi:
Denyut jantung janin,
Aplikasi mangkok.
14.
Saat
suboksiput sudah berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas hingga
lahirlah berturut-turut dahi, muka, dan dagu. Segera lepaskan mangkok vakum
dengan menghilangkan tekanan negatif.
15.
Selanjutnya
kelahiran bayi dan plasenta dilakukanseperti pertolongan persalinan normal.
16. Eksplorasi jalan lahir dengan menggunakan spekulum
Sims atas dan bawah untuk melihatapakah ada robekan pada dinding vagina atau perluasan
luka episiotomi.
Evaluasi :
telah dilakukan persalinan dengan vakum ekstraksi. Bayi lahir dengan jenis
kelamin perempuan.
BB : 2900 gram
PB : 49 cm
LK/LD : 33cm / 32 cm
AS : 8 – 9 – 10
BAB
IV
PELAKSANAAN
ASUHAN
Pasien datang pada
tanggal 04 Juni 2016 dengan keluhan kenceng-kenceng dan telah mengeluarkan
lendir pukul 11.00 WIB. Pasien dilakukan pengkajian pada tanggal 04 Juni 2016
pukul 21.00 WIB. Dengan keluhan pasien tersebut, dilakukan pemantauan keadaan
ibu dan janin. Diketahui pembukaan baru 3 cm dengan keadaan ketuban masih utuh.
Dan DJJ 140 x/menit.
Asuhan yang diberikan
pada persalinan vakum ekstraksi:
Asuhan kala 1 fase laten:
1.
Menyarankan ibu bernapas panjang saat
kontraksi untuk mengurangi rasa sakit selama kontraksi.
2.
Menyarankan ibu untuk tidak mengejan
untuk mengurangi terjadinya pembengkakan pada jalan lahir.
3.
Menyarankan ibu untuk berjalan-jalan
jika masih kuat untuk menambah pembukaan.
4.
Memberikan asupan nutrisi dan cairan
untuk menambah tenaga ibu ketika meneran.
Asuhan kala 1 fase aktif:
Pemantauan keadaan ibu dan janin.
1.
Observasi DJJ setiap 30 menit
2.
Observasi his setiap 30 menit
3.
Observasi tanda-tanda vital setiap 30
menit
4.
Observasi kemajuan persalinan setiap 4
jam
Asuhan kala II: Pengeluaran janin yang
aman.
Asuhan kala III: Pengeluaran plasenta
dengan lengkap.
Asuhan kala IV: Pemantauan 2 jam setelah
kelahiran bayi
BAB
V
PEMBAHASAN
Pada kasus Ny. N umur
25 tahun dengan umur kehamilan 41 minggu merupakan kehamilan serontinus yang
harus segera diakhiri.Karena dikhawatirkan dapat mengganggu kesejahteraan
janin, dimana plasenta tidak adapat berfungsi dalam pemenuhan kebutuhan janin
seperti oksigen dan nutrisi. Jika kehamilan dilanjutkan, dikhawatirkan akan
mengalami gawat janin (kematian).
Ny. N telah melakukan
persalinan normal tanpa bantuan. Tapi, karena ketidakmampuannya mengejan dan
kelelahan akhirnya dilakukan ekstraksi vakum sesuai advis dokter. Dengan
demikian, alasan dilakukan vakum ekstraksi pada Ny. N karena ibu tidak kuat
mengejan. Hal ini sesuai teori indikasi dilakukan vakum ekstraksi.
Perbedaan teori dan
lahan:
1.
Pada teori, waktu persalinan kala II
(pengeluaran janin) adalah 2 jam. Setelah 2 jam janin tidak segera keluar baru
dilakukan tindakan. Sedangkan di lahan, persalinan baru dilakukan ½ jam, sudah
dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk pengeluaran janin.
2.
Pada teori persalinan, bidan tidak
diperbolehkan mendorong perut ibu untuk membantu pengeluaran kepala janin.
Dilahan, sering dilakukan dorongan pada perut ibu untuk pengeluaran kepala
janin.
BAB
VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Vakum ekstraktor adalah alat yang menggunakan daya
hampa udara (tekanan negatif) untuk melahirkan bayi dengan tarikan pada kepala.
Prinsip dari cara ini adalah mengadakan suatu vakum (tekanan negatif) melalui
suatu cup pada kepala bayi, dengan demikian akan timbul caput secara artificiil
dan cup akan melekat erat pada kepala bayi. Penurunan tekanan harus diatur
perlahan-lahan untuk menghindarkan kerusakan pada kulit kepala, mencegah
timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul caput succedaneum. Jadi,
prinsip kerja vakum ekstraksi yaitu membuat suatu caput succedaneum
artifisialis dengan cara memberikan tekanan negatif pada kulit kepala janin
melalui alat ekstraktor vakum. Dan caput ini akan hilang dalam beberapa hari.
B.
Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini, bidan mampu
melakukan tindakan vakum ekstraki sesuai prosedur. Sehingga dapat menurunkan
AKI maupun AKB, serta meminimalkan trauma pada ibu dan bayi.
DAFTAR
PUSTAKA
Sarwono
Prawirohardjo. 2009. Buku Acuan Nasional
Maternal & Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal Edisi 1 Cetakan 13. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2014.
Harry
Oxorn & William R. Forte. 2010. Ilmu
Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Yayasan
Essentia Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar